Rabu, 01 Mei 2013

RESPIRASI


BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Respirasi merupakan proses pengubahan energi kimia yang tersimpan dalam bentuk karbohidrat dan merubah dalam bentuk ATP, dan penyimpanan bahan makanan cadangan seperti amilum dan lemak. Respirasi merupakan kebalikan dari fotosintesis, resirasi memerlukan oksigen dalma prosesnya, maka dari itu proses respirasi akan akan terganggu bila keadaan oksigen pada suatu lingkungan kurang. Sitoplasma dan mitokondria merupakan sel yang berperan dalam proses respirasi, respirasi berguna dalam mengefisiensikan pelepasan potensi energi dari gula. Respirasi tidak hanya terjadi pada tumbuhan saja, bahkan pada biji yang akan melakukan perkecambahan melakukan respirasi. Respirasi dikenal dengan dua macam jenis, respirasi aerobik dan anaerob.
Oksigen yang masuk dalam tanaman melalui stomata dan lentisel. Pada tanaman hidup, oksigen yang diserap langsung mengalami proses respirasi. Jaringan sklerenkim merupakan alat transportasi oksigen didalam tanaman.
Pada proses respirasi, pelepasan energi kimia melalui beberapa tahap penting. Oksidasi, pelapasan hidrogen dari senyawa gula. Perombakan molekul, akibat dari pelepasan ikatan oksidasi  antara karbon dengan karbon, molekul gula mengalami perombakan sehingga terbentuk molekul-molekul yang lebih sederhana dari karbon, dan molekul tersebut dirombak lagi hingga  meninggalkan satu karbon saja aitu karbondioksida. Transfer energi, energi yang dilepas dalam organisme tidak mencapai 100%. Energi ATP yang digunakan untuk mengeluarkan panas, sintesis senyawa baru, pengambilan ion dari dalam tanah dan sebagainya.
Dalam perkembangan penelitian ditemukan bahwa tumbuhan melakukan fotorespirasi, fotorespirasi yaitu respirasi tumbuhan yang dibantu oleh cahaya. Fotorespirasi menjadi pemasok kompnendasar fotosintesis selain itu, fotorespirasi membuat jaringan tumbuhan lebih terjaga keseimbnagnnya. Enzim yang terlibat langsung dalam fotorespirasi sama dengan proses reaksi gelap fotosintesis yaitu rubisco.
Tanaman tingkat tinggi tang memiliki klorofil umumnya substrat respirasi memiliki 6 atom C jika ada lemak sebagai substrat, maka lemak baru akn mengalami oksidasi setelah heksosa. Lemak harus berubah dahulu menjadi asam lemak dan gliserol. Bila persedian karbohidrat habis maka protein yang dirombak menjadi asam amino dan kemudian dioksidasi.

1.2  Tujuan
Praktikan dapat membuktikan bahwa suhu berpengaruh pada proses respirasi dan dapat menghitung volume oksigen dan karbondioksida.
 
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Kalau fotosintesis itu suatu proses penyusunan (anabolisme tau asimilasi) dimana energi diperoleh dari seumber cahaya dan disimpan sebagai zat kimia, maka proses pernafasan itu suatu prose yang sebaliknya, yaitu proses pembongkaran (katabolisme atau disimilasi), dimana energi yang tersimpan tadi ditimbul kembali untuk menyelenggarakan proses-proses kehidupan (Dwijoseputro,1978). Respirasi dapat dibedakan dalam tiga tingkat: (a) pemecahan polisakarida menjadi gula sederhana, (b) oksidasi gula menjadi asam piruvat dan (c) transformasi piruvat dan asam-asam organik secara aerobic menjadi karbondioksida, air dan energi. Protein dan lemak dapat pula berperan sebagai substrat dalam proses pemecahan (Paramita, 2009 dalam Pantastico, 1975). Fotosintat merupakan substrat respirasi sehingga peningkatan fotosintat akan meningkatkan respirasi yang menghasilkan energi untuk pertumbuhan tanaman yang pada akhirnya akan meningkatkan hasil tanaman ( Lestari et al, 2008).
Jika suatu biji ditumbuhkan di dalam gelap, maka biji tersebut makin hari makin bertambah berat. Jadi sebelum tumbuh lebih ringan dari biji yang sudah tumbuh; ini wajar sekali. Akan tetapi, jika kita mengukur berat keringnya, maka biji yang belum tumbuh lebih berat daripada biji yang sudah tumbuh. Keterangannya ialah biji sudah tumbuh banyak meresap air, sedangkan ia sebenranya kehilangan sebagian zat organiknya(Dwijoseputro,1978). Zat organik yang hilang itu sebenarnya tidak hilang sama sekali  melainkan terubah menjadi energ untuk proses pertunbuhan biji tersebut. Proses perubahan  ini merupakan proses pernafasan dan respirasi (Mugnisjah, 1994).
Berbagai faktor lingkungan mempengaruhi respirasi. Penjelasan tentang reaksi satu per satu yang terlibat telah menolong kita untuk memahami bagaimana faktor itu mempengaruhi laju respirasi dan peranya dalam peeliharaan dan pertumbuhan tanaman. Mari kita selidiki bagaimana pengaruh beberapa faktor lingkungan terhadap proses biokimia respirasi. 1) ketersediaan substrat, respirasi bergantung pada tersedianya substrat; tumbuhan yang kelaparan, yang kandungan pati, fruktan, atau gula rendah, melakukan respirasi laju rendah. Respirasi daun sering lebih cepat pada malam hari, saat kandungan gula tinggi dibandingkan dengan ketika sinag hari, saat akndungan gula lebih rendah. 2) ketersediaan oksigen, pasokan oksigen juga mempengaruhi respirasi, tetapi perannya sangat berbeda, bergantung pada jenis tumbuhan dan bahkan bagian tumbuhan. Perendaman untuk jangka waktu yang lama akan beracun bagi hampir semua tumbuhan, terutama bila tidaka ada oksigen sama sekali disekitar akar (Salisbury, 1992). Hanya pada padi yang dikenal toleran terhadap anoksida untuk jangka waktu yang lama (Siregar, 1981). 3) suhu, bagi sebagaian besar bagian tumbuhan dan spesies tumbuhan Q10 respirasi biasanya 2,0 sampai 2,5 pada suhu antara 5 hingga 25oC. Bila suhu meningkat lebih jauh hingga 30oC atau 35oC, laju respirasi tetap meningkat, tetapi lambat, jadi Q10 mulai turun. Penjelasannya adalah pada suhu yang tinggi ini ialah bahwa laju penetrasi oksigen kedalam sel kitikula  atau periderma mulai menghambat respirasi saat reaksi kimia berlangsung dengan cepat.Pada peningkatan suhu hingga 40oC atau lebih, laju respirasi malahan menurun, khusunya bila tumbuhan  berada dalam jangka waktu lama.. nampaknya enzim yang diperlukan mulai mengalami denaturasi dengan cepat pda suhu tinggi, mencegah peningkatan metabolik seperti semestinya. Dengan meningkatnya suhu akan merubah keseimbangan yang akan menyebabkan kecepatan respirasi akan melebihi kecepatan photosintesa, yang menyebabkan berkurangnya hasil (Harwati, 2008 dalam Janic, 1972 dalam Harlastuti, 1980). . 4) jenis dan umur tumbuhan, perbedan morfologi yang besar antara anggota kerajaan tumbuhan, diharakan juga ada perbedaan metbolisme. Pada umumnya, bakteri, fungi, dan ganggang berespirasi lebih cepat dbandingkan dengan tumbuhan berbiji. Salah satu alasan bahwa akteri dan fungi mempunyai nilai laju respirasi yang jauh lebih tinggi dibangdingkan dengan tumbuhan berdasarkan bobot kering ialahkarena mereka mengadung hanya sdikit cadangan makanan dan tidak mempunyai sel berkarakter non metabolik. Umur tumbuhan jga mempengaruhi respirasinya sampai derajaat tertentu. Pada bung matahari menunjukkan perubahan laju respirasi tanaman bunga matahari, mulai dari perkecambahan sampi setelah pembungaan.  Respirasi tetap tinggi pada pertumbuhan vegetatif, tapi kemudian menurun saan pembungaan. Perubahan respirasi juga terjadi saan perkembangan buah yang sedang matang (Salisbury, 1992).
            Perubahan kondisi selama penyimpanandapat menyebabkan perubahan laju respirasi. Laju respirasi terus meningkat bila suhu lingkungan meningkat sampai suatu saat lajunya dihambat karena terjadinya hal seperti tidak aktifnya enzim, kehabisan cadangan nutrisi atau oksigen atau karena karbondioksida terakumulasi, hingga mencapai tingkat yang menghambat. Dengan mengetahui kandungan biokimia tersebut, maka viabilitas benih dapat diprediksi sehingga teknik penyimpanan ataupengujian yang tepat dapat ditetapkan (Rohandi dan Widyani, 2010). Kecepatan proses permulaan perkecambahan meliputi: penyerapan air, hidrolisa makanan cadangan, mobilisasi makanan, asimilasi, respirasi dan pertumbuhan bibit sebagai tahap terakhir dari proses perkecambahan (Ardian, 2008).
 
BAB 3. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilakukan di laboratorium Fisiologi Tanaman lantai 2 Fakultas Pertanian Universitas Jember pada tanggal 23Maret 2013 pukul 07.00 WIB sampai dengan selesai.

3.2  Bahan dan Alat
3.2.1 Alat
1. Erlenmeyer 250cc
2. Neraca
3. Respirometer
4. Beaker Glass
5. Botol Semprot
3.2.2 Bahan
1.     Kecambah kedelai dan benih kedelai imbibisi
2.    Larutan CaCl20,2 M
3.    Indokator PP
4.    Kertas saring
5.    Larutan NaOH 0,2 M
6.    Larutan HCl 0,05 M
7.    Aquadest
8.    Biuret

3.3  Cara Kerja
1.    Memasukkkan sedikit NaOH kedalam respirometer dan masukkan pula kassa logam de dalam gelas objek dengan tabung pengumpul.
2.    Memasukkan kecambah kacang panjang ke dalam tabung objek.
3.    Mengisi alat suntik dengan sedikit air dengan menyedotnya.
4.    Menyuntik air satu tetes kecil ke ujung atas pipa ukur dan tabung pengumpul.
5.    Dalam waku beberapa waktu akan terlihat perubahan tetes air dalam pipa ukur. Setelah selang waktu tertentu dapat diketahui volum oksigen yang terpakai oleh kecambah.
6.    Menghitung oksigen yang terpakai.


BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
PERLAKUAN
VO2
VCO2
KECAMBAH KEDELAI
0,29 MM3/S
605 mL
KEDELAI IMBIBISI
0,94 MM3/S
330 mL

4.2 Pembahasan
Respirasi merupakan proses pengubahan energi kimia yang tersimpan dalam bentuk karbohidrat dan merubah dalam bentuk ATP, dan penyimpanan bahan makanan cadangan seperti amilum dan lemak. Respirasi merupakan kebalikan dari fotosintesis, resirasi memerlukan oksigen dalma prosesnya, maka dari itu proses respirasi akan akan terganggu bila keadaan oksigen pada suatu lingkungan kurang. Sitoplasma dan mitokondria merupakan sel yang berperan dalam proses respirasi, respirasi berguna dalam mengefisiensikan pelepasan potensi energi dari gula. Respirasi tidak hanya terjadi pada tumbuhan saja, bahkan pada biji yang akan melakukan perkecambahan melakukan respirasi. Respirasi dikenal dengan dua macam jenis, respirasi aerobik dan anaerob.
*Reaksi respirasi
C6H12O6 + O2             6CO2 + 6H20 + ENERGI
Menurut Salisbury (1992) faktor yang berpengarh terhadap proses biokimia respirasi. 1) ketersediaan substrat, respirasi bergantung pada tersedianya substrat; tumbuhan yang kelaparan, yang kandungan pati, atau gula rendah, melakukan respirasi laju rendah. Respirasi daun sering lebih cepat pada malam hari, saat kandungan gula tinggi dibandingkan dengan ketika sinag hari, saat akndungan gula lebih rendah. 2) ketersediaan oksigen, pasokan oksigen juga mempengaruhi respirasi, tetapi perannya sangat berbeda, bergantung pada jenis tumbuhan dan bahkan bagian tumbuhan. Perendaman untuk jangka waktu yang lama akan beracun bagi hampir semua tumbuhan, terutama bila tidaka ada oksigen sama sekali disekitar akar. 3) suhu, bagi sebagaian besar bagian tumbuhan dan spesies tumbuhan Q10 respirasi biasanya 2,0 sampai 2,5 pada suhu antara 5 hingga 25oC. Bila suhu meningkat lebih jauh hingga 30oC atau 35oC, laju respirasi tetap meningkat, tetapi lambat, jadi Q10 mulai turun. Penjelasannya adalah pada suhu yang tinggi ini ialah bahwa laju penetrasi oksigen kedalam sel kitikula  atau periderma mulai menghambat respirasi saat reaksi kimia berlangsung dengan cepat. Pada peningkatan suhu hingga 40oC atau lebih, laju respirasi malahan menurun, khusunya bila tumbuhan  berada dalam jangka waktu lama.. nampaknya enzim yang diperlukan mulai mengalami denaturasi dengan cepat pda suhu tinggi, mencegah peningkatan metabolik seperti semestinya. 4) jenis dan umur tumbuhan, perbedan morfologi yang besar antara anggota kerajaan tumbuhan, diharakan juga ada perbedaan metbolisme. Pada umumnya, bakteri, fungi, dan ganggang berespirasi lebih cepat dibandingkan dengan tumbuhan berbiji. Salah satu alasan bahwa akteri dan fungi mempunyai nilai laju respirasi yang jauh lebih tinggi dibangdingkan dengan tumbuhan berdasarkan bobot kering ialahkarena mereka mengadung hanya sedikit cadangan makanan dan tidak mempunyai sel berkarakter non metabolik. Umur tumbuhan juga mempengaruhi respirasinya sampai derajaat tertentu. Pada bunga matahari menunjukkan perubahan laju respirasi tanaman bunga matahari, mulai dari perkecambahan sampi setelah pembungaan.  Respirasi tetap tinggi pada pertumbuhan vegetatif, tapi kemudian menurun saan pembungaan. Perubahan respirasi juga terjadi saan perkembangan buah yang sedang matang
Dalam respirasi terdapat tahapan-tahapan dalam prosesnya. Glikolisis, dekarboksilatif oksidatif, siklus krep dan trnspor elektron merupakan proses berantai dalam respirasi. Glikolisis merupakan pengubahan molekul glukosa menjadi molekul asam piruvat yang lebih sederana, untuk setiap molekul glukosa yang dirubah menghasilkan 2 ATP dan 2 NADH, glikolisi berlangsung di sitoplasma. Dekarboksilasi oksidatif merupakan perubahan asam piruvat menjadi rantai karbon yang lebih sederhana yaitu dengan 2 rantai Carbon. Proses dekarboksilasi oksidatif berlangsung di mitokondria. Siklus krebs merupakan perubahan karbon denagn dua rantai menjadi lebih sederhana lagi, menjadi satu atom karbon seperti karbondioksida dengan menghasilkan energi sebesar 2 ATP dan 2NADH untuk setiap molekul glukosa yang dihasilkan, sama halnya dengan dekarboksilasi oksidatif siklus krebs terjadi di mitokondria. Prinsip dari transpor elektron  adlah pemindaha ion H yang dilepas dari dua langkah pertam tadi antar akseptor dihasilkan energi yang digunakan untuk membentuk ATP
Terdapat bebrapa substrat yang digunakan dalam respirasi sperti karbohidrat, lemak dan protein. Karohidrat merupakan substrat yang pertama digunakan dalam respirasi. Karbohidrat yang mengalami proses respirasi yaitu dalam bentuk amilum dan glukosa. Pada tumbuhan yang kadar karbohidratnya rendah respirasinya juga rendah. Bila karbohidrat dalam kondisi kurang maka lemak dan protein dapat m enggantikannya tapi memilki proses perombakan yang lebih panjang.
Pada hasil pengamatan didapatkan hasil konsumsi oksigen kecambah kedelai 0,29 mm3/s dan dalam pengamatan CO2 didapatkan 605 mL, sedangkan kedelai imbibisi mengkonsumsi oksigen sebnyak 0,94 mm3/s dan dalam pengamatan CO2 didapatkan 330 mL, kedelai imbibisi sebelumnya dalam keadaan anaerob (direndam selama satu jam) dan kecambah kedelai dalam kondisi aerob. Kondisi ini sesuai dengan dengan penelitian yang dilakukan Luis Pateur dalam buku fisiologi tumbuhan oleh Salisbury (1992). Pasteur dalam penelitiannya menemukan bahwa sel ragi tumbuh dengan cepat diudara, tetapi menggunakan sedikit gula dan menghasilkan sedikit etanol dan CO2; dalam keadaan anaerobik, ragi tumbuh lebih lambat, tapi menggunakan lebih banyak gula dan menghasilkan lebih banyak CO2 dan etanol. Kondisi ini terjadi akibat penghambatan perombakan karbohidrat oleh oksigen. Bila di bandingkan denga hasil penelitian pasteur dapat dilihat perbedaan yang berkebalikan. Menurut Jomin (2008); Salisbury (1992) umur juga menentukan tingkat respirasi yang terjadi, semakin tinggi umur suatu tanaman maka semakin banyak respirasi terjadi, kecuali tanaman tersebut masuk fase generatifnya tingkat respirasi akan turun. Hasil data dan literatur yang didapat berbeda. Hasil yang berbeda antara data percobaan dan literatur kemungkinan karena kurangnya ketelitian saat praktikum dilakukan.

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kondisi aerob dan aerob pada proses respirasi sangat berperan penting. Dengan kondisi aerob karbohidrat akan mengalami hambatan oleh oksigen dalam perobakannya, kondisi ini biasa disebut sebagai Efek Pasteur. Pada saat kondisi anaerob perombakan karbohidrat lebih cepat dan menghasilkan CO2 yang lebih banyak.
5.2 Saran
Memerlukan ketelitian dan waktu yang lebih banyak untuk mendapatkan hasil yang tepat. Dengan waktu yang kurang akan mengakibatkan hasil yang bias dan tidak akurat.

DAFTAR PUSTAKA
Ardian. 2008. Pengaruh Perlakuan Suhu dan Waktu Pemanasan Benih terhadap Perkecambahan Kopi Arabika (Coffea Arabica). Akta Agrosia 11(1): 25-33

Dwidjosseputro D. 1990. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama

Harwati T. 2008. Pengaruh dan panjang Penyinaran terhadap Umbi Kentang. Inovasi Pertanian 7(1): 11-18

Mugnisjah Q W et al. 1994. Panduan Praktikum dan Penelitian Bidah Ilmu dan Teknologi Benih. Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Paramita O. 2010. Pengaruh Memar terhadap Perubahan Pola Respirasi, Produksi Etilen dan Jaringan Buah Mangga (Mangifera Indica L) Var Gedong Gincu pada Berbagai Suhu Penyimpanan. Kompetensi Teknik 2(1): 29-28.

Rohandi A dan Wadyani N. 2010. Dampak Penurunan Kadar Air terhadap Respon Fisiologi dan Biokimia Propagul Rhizophora apiculata BI. Penelitian  Hutan Tanaman 7(4): 167-177

Salisbury B. 1992. Plant Physiology. Belmont – California. Wadsworth Publishing Comp

Siregar H. 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Sastra Hudaya

Wahyu, et al. 2008. Pertumbuhan, Kandungan Klorofil, dan Laju Respirasi Tanaman Garut (Maranta arundinacea L.) setelah Pemberian Asam Giberelat (GA3). Bioteknologi 5(1): 1-9

Tidak ada komentar:

Posting Komentar