BAB
1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kedelai
memiliki banyak manfaat dan dapat menjadi bahan olahan. Pengolaahan kedelai
menjadi inovasi-inovasi makan ringan mulai berkembang. Jangung merupakan
tanaman yang mengandung protein tinggi. Sangat banyak kegunaan dan inovasi yang
dapat diolah dari kedelai. Berbeda dengan pertumbuhan konsumsi kedelai yang tinggi, pertumbuhan produksi kedelai
tidak stabil sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan. Produksi kedelai yang
tidak stabil disebabkan beberapa hal seperti varietas unggul yang belum
tersebar, teknik budidaya yang masih tradisional dan teknologi yang belum dapat
diterapkan secara maksimal.
Kedelai merupakan bahan
pangan ketiga seteah padi. Produksi kedelai di Indonesia tidak stabil setiap
tahunnya. Produksi kedelai yang tidak
stabil ini disebabkan oleh belum menyebarnya variates unggul, teknik penanaman
yang belum tepat dan penerapan teknologi yang masih kurang. Dalam usaha
meningkatkan produksi kedelai seharusnya memahami karakteristik kedelai yang
meiliputi morfologi, fisiologi, dan agroekosistemnya.
Tanaman kedelai
merupakan tanaaman sempurna dengan adanya akar, batang, daun, biji dan bunga. Panjang
umur kedelai antara 75-90 hari tergantung dengan varietas tanaman kedelai itu
sendiri. Kedelai dapat dibagi menjadi dua jenis berdasarkan pertumbuhannya
yaitu determinate dan indeterminate. Kedelai indeterminate merupakan kedelai
yang pertumbuhan ujung batangnya tidak berakhir dengan rangkaian bunga. Tanaman
kedelai determinate merupakan kedelai yang pertumbuhannya berakhir pada
rangkaian bunga, sedangkan ujung batang tumbuh tanpa melilit tetapi lurus
keatas.
Tanaman kedelai memiliki spesifikasi
agroekosistemnya sendiri. Kedelai dapat berproduksi optimal dengan suhu antara
23o - 45oC dan beriklim sedang. Curah hujan yang
dibutuhkan tanaman kedelai yaitu 100 – 200 mm/bulan. Tanah yang dikehendaki
oleh kedelai adalah tanah gembur dengan pH berkisar 5,5 – 7,0. Tanaman kedelai
tidak menyukai genang air sehingga dibutuhkan drainas yang baik. Ketinggian
tempat penanaman antara 0 – 1300 mdpl dengan kemiringan tidak lebih dari 8%.
Perawatan
tanaman kedelai dilakukan dengan pemupukan dan pemeliharaan dari OPT. Pemupukan
dilakukan dua kali, pemupukan pertama merupakan pemupukan dasar dengan 2/3
dosis N dan K sedangkan P dapat diberikan seluruh dosis. Pemupukan kedua 1/3
dosis N dan K diberikan menjelang tanaman berbunga yaitu pada 20-30 hari. Pupuk
dilektakkan 5-10cm disampingg tanaman dengan kedalaman 10cm. Pada masa
pertanaman dibutuhkan perawatan yang mencakup penjarangan tanaman, penyulaman,
penyiangan dan mengontrol hama penyakit tanaman yang menyerang.
1.2
Tujuan
1. Mahasiswa dapat
mengetahui taknik budidaya tanaman kedelai yang baik
2. Mahasiswa dapat menanam kedelai dan dapat
menghasilkan produksi kedelai yang baik
BAB
2. TAINAJAUN PUSTAKA
Bahan organik dalam
penanaman kedelai memiliki andil dalam meningkatkan produksi dan pertumbuhan
tanaman. Bahan organik juga dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, biologi tanah
sehingga kesehatan dan kesuburan dapat terjaga. Kandunagn phospat pada pupuk
bokashi sudah dapat mencukupi kebutuhan dari tanaman kedelai (Samuli, 2012).
Tanaman kedelai
memiliki keterbatasan terhadap cekaman garam. Apabila kedelai ditanam pada daerah
hulu sungai maka produksinya akan sangat menurun. Kondisi ini terjadi akibat
fluktuasi dari DHL yang terjadi dari pasang surut air laur. Pada tanah salin
kadar garam akn menjadi penghambat serapan hara tanaman, sehingga tanaman akan
kekurangan hara (Damanik, 2013).
Pemberian pupuk
nitrogen dan penjadwalan masa irigasi dapat meningkatkan produksi tanaman.
Pemberian pupuk sebanyak 90 kg/ha dengan irigasi setiap 12 hari sekali dapat
meningkatkan produksi tanaman kedelai hingga mencapai 5,3 ton/ha. Hal ini
terjadi karena pemberian pupuk sebanyak 90 kg/ha sudah dapat memenuhi kebutuhan
hara tanaman. Pada pemberian pupuk sebanyak 120 kg/ha tidak efektif dalam
meningkatkan produksi tanaman, kondisi ini terjadi kara pemberian pupuk
sebanyak 120 kg/ha akan menghambat pertumbahn pada fase generatif dan akan
berdampak terhadap produksi polong kedelai. Irigasi untuk tanaman kedelai yang
paling efektif dalam meningkatkan produksi tanaman kedelai adalah setiap 12
hari sekali, hal ini terjadi karena tanaman kedelai tidak mengharapkan terlalu
banyak air dan juga tidak tahan dengan kekeringan. Pengaturan irigasi ini dapat
membantu akar tanaman dalam beraktifitas, dengan irigasi setai 12 hari sekali
memberikan waktu yang ideal untuk akan berkatifitas (Chafi, 2012).
Menurut Atman (2008)
penanaman kedelai dapat memperbaiki sifat biologi dan kimia tanah. Tanaman
kedelai yang berasosiasi dengan mikroorganisme seperti Rhizobium dapat
memperbaiki sifat biologi tanah. Dengan bantuan rhozobuim kondisi kimia tanah
dapat kembali secara perlahan. Pada setiap lahan pertanian dianjurkan dalam
satu tahun menanam satu kali jenis tanaman legum agar tanah yang digunakan
sebagai lahan pertanian agar pengembalian hara untuk tanah dapat terjadi untuk
mengembalikan keseimbangan tanah.
Aplikasi biofertilizer
pada lahan yang sedang ditanami kedelai sangat dianjurkan. Pemberian
biofertilizer akan berguna untuk memperbaiki sifat biologi, kimia, dan fisika
tanah. Biofertilizer dapat menydiakan beberpa unsur hara yang belum tersedia dan
belum dapat terserap pada kondisi tertentu oleh tanaman, contohnya seperti
penyediaan unsur N dari udara dan Unsur P yang sebelumnya tidak dapat diserap
karena dalam kondisi mengkristal dapat tersedia karena dapat dilarutkan oleh
beberapa mikroba. Penggunaan biofertilizer dapat mengurangi kebutuhan pupuk
anorganik hingga mencapai 50% (Mekki, 2008).
Mengatur waktu
penanaman dapat mempengaruhi peningkatan hasil produksi tanaman kedelai.
Penanaman pada musim penghujan terkadang tidak dapat memaksimalkan produksi
kedelai. Waktu tanam yang baik adalah dimulai pada awal masuk musim kemarau
(Amjadian, 2013).
Menurut Rukmana (1996)
tanaman kedelai memiliki kemampuan membentuk nodul-nodul akar dimana nantinya
dapat digunakan untuk bersimbiosis dengan Rhizobium. Rhizobium memiliki peran
dalam memfiksasi nitrogen di udara agar dapat di serap oleh akar tanaman.
Kedelai merupakan jenis
tanaman semak. Tanaman kedelai berasal dari daerah Manshukuo, Cina utara. Pada
periode perdagangan, para pedagang cina membawa kedelai keberbagai penjuru
dunia seperti ke Amerika, jepang dan Indonesia. Kedelai mulai dikonsumsi
sebagai makanan sejak abad 17. Tanaman kedelai memiliki fungsi lain yaitu
sebagai pupuk hijau. Sisa tanaman kedelai dapat dijadikan pupuk hijau karena
kadungan nitrogen pada tanaman tersebut masih banyak dan diharapkan setelah
mengalami pengomposan kandungan nitrogennya dapat kembali di kembalikan ke tanah
(Purnomo, 2007).
Pemulsaan merupakan
suatu upaya untuk mnegurangi evaporasi pada tanah. Pemulsaan menggunakan limbah
padi dapat membantu dalam penyediaan unsur P. Pada mulsa padi masih terdapat
unsur P, dengan pembusukan mulsa secara berkala unsur P dapat diserap oleh
akar. Mulsa memberikan kondisi yang lembab pada daerah yang tertutupi sehingga
akar dapat lebih aktif bergerak mencari air dan unsur hara (Halim, 2009).
Tanaman kedelai akan
sulit pada kondisi tanah salin. Kondisi ini terjadi akibat kada garam yang
menghambat serapat hara N yang akan berpengaruh terhadap fase vegetatif kedelai
dan juga akan berpengaruh terhadap produksi tanaman. Cekaman garam yang
diapatkan akan menghambat terbentuknya nodul akar (Pujiasmanto, 2010).
BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum
Produksi Tanaman I dengan acara Teknik Produksi Tanaman Kedelai ( Glycine max )
dilaksanakan pada hari kamis tanggal 24 Oktober 2013 pada pukul 15.00-selesai
di lahan Agroteknopark Jubung, kab. Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1.
Cangkul
2.
Tugal
3.
Roll meter
4.
Tali rafia
5.
Papn nama
6.
Ayakan
7.
Timba
3.2.2 Bahan
1.
Benih kedelai
2.
Pupuk urea
3.
Pupuk SP-36
4.
Pupuk KCl
5.
Polybag ukuran 40x60
6.
Tanah kering angin
diayak
3.3 Cara Kerja
1.
Menyiapkan alat dan
bahan yang diperlukan
2.
Menyiapkan media tanah
dengan cara mengayak tanah, dan menjemur sampai kering angin
3.
Menganmbil sampel tanah
kemudian dianalisis dengan sidik cepat untuk mengetahui kondisi tanah meliputi
pH, C-Organik, dan sifat-sifat fisik
4.
Memasukkan tanah
sebanyak 10 Kg ke dalam polybag, untuk perlakuan dengan penambahan BO berat
tanah disesuaikan, kemudian menyiaram dengan air
5.
Menanam benih kedelai
pada masing-masing perlakuan satu lubang diisi 2 benih
6.
Pemupukan SP-36 dan KCl
serta penambahan Bahan Organik sesuai dengan dosis anjuran dari analisis sidik
cepat sedangkan untuk pupuk Urea sesuai dengan perlakuan
7.
Melakukan pengamatan
secara rutin.
Parameter Pengamatan untuk kedelai:
1.
Tinggi tanaman, diukur
dari leher akar sampai titik tumbuh
2.
Internodial (jarak
antar tangkai daun)
3.
Jumlah batang produktif
(yang menghasilkan bunga)
4.
Jumlah bintil akar
aktif
5.
Jumlah daun (sesuai
jenis daun / daun majemuk)
6.
Kecepatan tumbuh bunga
7.
Tipe perkecambahan
BAB
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
4.1.1 Tabel
Pengamatan
Perlakuan
|
Minggu ke
|
Rerata
Tinggi Tanaman (cm)
|
Rerata
Jumlah Daun
|
Rerata
Jarak Antar Ruas
|
Jumlah Akar
|
Panjang
Akar (cm)
|
Jumlah
Bintil Akar
|
Kontrol
(1 & 4)
|
1
|
4,08
|
3,38
|
1,06
|
8
|
27
|
240
|
2
|
8,04
|
6,61
|
2,66
|
||||
3
|
10,66
|
7,81
|
3,06
|
||||
4
|
16,48
|
10,84
|
3,04
|
||||
5
|
21,52
|
16,26
|
2,61
|
||||
6
|
22,53
|
17,4
|
3,64
|
||||
7
|
32,89
|
31,29
|
4,81
|
||||
Perlakuan 1
(2 & 5)
|
1
|
3,78
|
3,27
|
1
|
8
|
23,85
|
17,5
|
2
|
7,92
|
4,8
|
1,95
|
||||
3
|
10,52
|
10,94
|
2,41
|
||||
4
|
12,15
|
11,64
|
3,59
|
||||
5
|
13,72
|
12,36
|
3,64
|
||||
6
|
21
|
19,2
|
4,01
|
||||
7
|
25,12
|
39,15
|
4,16
|
||||
Perlakuan 2
(3 & 6)
|
1
|
5,26
|
2,65
|
0,87
|
16,5
|
17,5
|
29
|
2
|
6,78
|
4,23
|
0,69
|
||||
3
|
9,43
|
6,79
|
1,02
|
||||
4
|
12,29
|
10,4
|
1,51
|
||||
5
|
12,79
|
11,53
|
1,4
|
||||
6
|
15,88
|
12,66
|
1,46
|
||||
7
|
16,98
|
17,51
|
2,02
|
4.1.2 Grafik
Rerata Tinggi Tanaman
4.1.3 Grafik
Rerata Jumlah Daun
4.1.4 Grafik
Rerata Jarak Antar Ruas
4.1.5 Grafik
Akar
4.2
Pembahasan
Tanaman kedelai merupakan
tanaman yang bersimbiosis dengan bakteri penambat nitrogen atau biasa disebut
rhozobium. Simbiosis tanaman kedelai dengan rhizobium membuat kebutuhan akan
pupuk N dari luar sedikit tidak dibutuhkan lagi, hal ini terjadikarena
kebutuhan Nitrogen sudah terpenuhi dari simbiosis tersesbut. Rhizobium
mendapatkan Nitrogen dari udara bebas dalam jumlah yang cukup banyak.
Rhizobakter membentuk bintil atau nodul pada akar untuk bersimbiosis dengan
tanaman legum atau lebis spesifik lagi kedelai. Nodul atau bintil akar tersebut
sebagai tempat rhizobakter bekerja. Aplikasi pupuk nitrogen yang berlebihan
akan mengakibatkan pertumbuhan nodul akar akan terganggu bahkan terhambat, jadi
perlu diperhatikan penggunaan pupuk urea dalam bududidaya kedelai. Menurut
Rukmana (1996) tanaman kedelai memiliki kemampuan membentuk nodul-nodul akar
dimana nantinya dapat digunakan untuk bersimbiosis dengan Rhizobium. Rhizobium
memiliki peran dalam memfiksasi nitrogen di udara agar dapat di serap oleh akar
tanaman. Aplikasi biofertilizer pada lahan yang sedang ditanami kedelai sangat
dianjurkan. Menurut Mekki (2008) aplikasi biofertilizer (rhizobium) akan
berguna untuk memperbaiki sifat biologi, kimia, dan fisika tanah. Penggunaan
biofertilizer dapat mengurangi kebutuhan pupuk anorganik hingga mencapai 50%.
Perawatan merupakan hal
penting yang harus dilakukan rutin selama proses budidaya. Perawatan tanaman
mencakup penyiangan, penyiraman, pemupukan dan pengendalian OPT. Pada
penyiraman tanaman hindari pada waktu siang hari. Penyiraman yang tidak
dilakukan pada siang hari yang pertama adalah menghindari terjadinya penguapan
yang terlalu tinggi terjadi pada siang hari, penguapan yang tinggi
mengakibatkan serapan air tidak optimal. Kemudian pada siang hari terjadi
pengauapan yang tinggi sehingga tekanan turgor menurun, ketika tekanan turgor
menurun kemudian penyiraman dilakukan akan mengakibatkan kelayuan pada tanaman
sehingga akan menggangu proses metabolisme tanaman. Penyiraman tanaman yang
baik dilakukan pada pagi hari atau sore hari. Hal ini karena pada pagi dan sore
hari tingkat penguapan relatif kecil sehingga tanaman dapat menyerap air secara
maksimal. Perlu dikeyahuai bahwa waktu yang paliang tepat atau optimal untuk
fotosintesis antara pukul 10-12 pagi, hal ini dapat dikaitkan dnegan
penyiraman, penyiraman pada pagi hari dapat digunakan sebagai suplai air untuk
fotosintesis pada siang harinya sehingga kebutuhan dari air dapat terpenuhi.
Permasalahan yang terjadi
dilapangan adalah serangan hama kutu dan hama-hama lainnya. Hama ini kebanyakan
merusak daun sehingga berkakibat terhadap proses fotosintesis. Permasalahan
hama dapat ditanganani dengan dua macam pengendalian yaitu secara kimia dan
hayati. Penggunaan pestisisda kimia tidak dapat dilakuakan secara terus menerus
dan harus tepat dosis, tepat waktu dan tepat sasaran. Aplikasi pestisida kimia
harus memperhatikan ambang ekonomi sebelum dilakukannya aplikasi. Ambang
ekonomi merupakan batas dimana hama yang menyerang apabila tidak segera
dikendalikan akan mengakibatkan kerugian bagi petani. Aplikasi pestisida yang
sembarangan dan berlebihan mengakibatkan resistensi dan terjadinya residu pada
tanaman, hal ini akan semakin meugikan bagi manusia. Opsi pengendalian ke-dua
relatif lebih aman yaitu menggunakan pengendalian hayati. Pengendalian hayatid
dapat mencakup penggunaan pestisida nabati, predator, parasitoid, bakteri
entomopatogen. Aplikasi menggunakan pengendalian hayati memerlukan kesabaran
lebih, hal ini terjadi karena aplikasi mengguanakan pengendalian hayati tidak
dapat langsung memberikan efek mematikan seperti halnya penggunaan pestisida
kimia. Kelebihan dari penggunaan pengendalian secara hayati adalah tidak
menyebabkan resistensi, keracunan dan tidak meninggalkan residu. Namun
pengendalian secara hayati memerlukan waktu yang lebh lama untuk mematikan
hama.
Komoditas tanaman kedelai
sering kali menjadi permasalhan yang rumit karena ketersediaan di pasar
terkadang turun dan mengakibatkan naiknya harga. Pemerintah memmilih untuk
mengimpor kekurangan kedelai dan biasanya negara ekportirnya adalah Amerika.
Para petani di Indonesia merasa penanaman kedelai bukanlah suatu prospek
budidaya yang menghasilkan keuntungan besar, sehingga sedikt sekali petani yang
membudidayakan. Adapun sawah yang menanam kedali namun itu hanya bertujuan
untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga akan lebih
subur lagi bila masuk musim tanam baru. Pada dasarnya tanaman kedelai buka
tanaman endemik di daerah tropis. Kedelai merupakan tanaman yang berasal dari
daerah subtropis, sehingga sedikit bnyak akan mengakibatkan perbedaan antara
penanaman di daerah asal dengan penanaman di daerah yang kurang tepa sebenrnya
untuk budidaya kedelai. Perbedaan iklim
tropis dan subtropis dapat membedakan hasil produksi yang mencolok.
Permasalahan selanjutnya adalah varietas yang memiliki produktiviats rendah,
dengan varietas yang seperti ini hasil produksi tanaman dapat dipastikan kurang
memuaskan.
Dari hasil yang
diperoleh selama pengamatn tujuh minggu yaitu hasil terburuk terdapat pada
perlakuan dua, perlakuan dua yaitu dnegan urea mencapa 90 kg/ha. Perlakuan daun
mnghasilkan tinggi tanaman, jumlah daun dan jarak antar tunas hanya mencapai
16,98 cm, 17 helai daun dan 2,02 cm. Sedangakan pada perlakuan kontrol dan
perlakuan satu menghasilkan data yang tidak terlalu berbeda nyata. hal ini
berbeda dnegan hasil penelitan Chafi (2012) pemberian pupuk sebanyak 90 kg/ha
dengan irigasi setiap 12 hari sekali dapat emningkatkan produksi tanaman
kedelai mencapai 5,3 ton/ha. Hal ini terjadi karena pemberian pupuk sebanyak 90
kg/ha sudah dapat memenuhi kebutuhan hara tanaman. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan juga adalah kondisi irigasi, pada praktikum kali ini irigasi tidak
terjadwal secara baik dan pad setiap minggu air irigasi menggenang. Tanaman
kedelai umunya tidak menyukai terlalu banyak air. Hal ini mungkin saja dapat
menjandi indikator lanjutan pada penanaman kedelai. pengaturan waktu tanam
dapat menjadi solusi yang tepat untuk masalah air pada penanaman kedelai.
Mengatur waktu penanaman dapat mempengaruhi peningkatan hasil produksi tanaman
kedelai. Penanaman pada musim penghujan terkadang tidak dapat memaksimalkan
produksi kedelai. Waktu tanam yang baik adalah dimulai pada awal masuk musim
kemarau (Amjadian, 2013).
BAB
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
1. Tanaman
kedelai merupakan tanaman yang bersimbiosis dengan bakteri penambat nitrogen
atau biasa disebut rhozobium. Simbiosis tanaman kedelai dengan rhizobium
membuat kebutuhan akan pupuk N dari luar sedikit tidak dibutuhkan lagi, hal ini
terjadikarena kebutuhan Nitrogen sudah terpenuhi dari simbiosis tersesbut.
Rhizobium mendapatkan Nitrogen dari udara bebas dalam jumlah yang cukup banyak.
Rhizobakter membentuk bintil atau nodul pada akar untuk bersimbiosis dengan
tanaman legum atau lebis spesifik lagi kedelai.
2. Penyiraman
tanaman hindari pada waktu siang hari. Penyiraman yang tidak dilakukan pada
siang hari yang pertama adalah menghindari terjadinya penguapan yang terlalu
tinggi terjadi pada siang hari, penguapan yang tinggi mengakibatkan serapan air
tidak optimal. Kemudian pada siang hari terjadi pengauapan yang tinggi sehingga
tekanan turgor menurun, ketika tekanan turgor menurun kemudian penyiraman
dilakukan akan mengakibatkan kelayuan pada tanaman sehingga akan menggangu
proses metabolisme tanaman.
3. Permasalahan
yang terjadi dilapangan adalah serangan hama kutu dan hama-hama lainnya. Hama
ini kebanyakan merusak daun sehingga berkakibat terhadap proses fotosintesis.
Permasalahan hama dapat ditanganani dengan dua macam pengendalian yaitu secara
kimia dan hayati.
4. Data yang dihasilkan tidak sesuai literatur, hal ini bisa
saja terjadi karena pemilihan watu tanam. Waktu tanam yang baik adalah akhir
musim hujan, hal ini dipilih karena tanaman kedelai pada dasarnya tidak
menghendaki terlalu banyak air
5.2
Saran
Pengamatan yang
dilakukan saat praktikum dirasa sangat kurang, hal ini karena proses pemanenan
belum memasuki masa atau waktu yang tepat.
DAFTAR
PUSTAKA
Amjadian
M., Latift N., Farshadfar M., Gholipoor M. 2013. Study of
intercropping corn and soybean in various planting dates. Agriculture and Crop Sciences, 5(20):2365-2371.
Atman. 2008. Budidaya Kedelai di Lahan Sawah Sumatera Barat. Ilmiah Tambua, 5(3);288-296.
Chafi A, Amiri
E, Nodehi A. D. 2012. Effects of Irrigation and Nitrogen Fertilizer on Soybean
(Glycine max) Agronomic Traits. Int Agri
Crop Science, 4(16):1188-1192.
Damanik F., Rosmayati, Hasyim. 2013. Respons Pertumbuhan dan Produksi
Kedelai terhadap Pemberian Mikoriza dan Penggunaan Ukuran Biji pada Tanah
Salin. Agroteknologi, 1(2):142-153.
Halim A. 2009. Pengaruh Pemulsaan terhadap Pemanfaatan Residu pemupukan
Padi bagi Pertumbuhan dan Produksi kedelai yang Ditanaman setelah Padi. Agrisitem, 5(2):83-88.
Mekki B, Ahmed
G. 2008. Growth, Yield and Seed Quality
of Soybean (Glycine max L.) As Affected by Organic, Biofertilizer and
Yeast Application. Agriculture and
Biological Sciencnes, 1(4):320-324.
Pujiasmanto B, Sumiyati, Widijanto H., NM Alfiatun. 2010. Uji Pemberian
Legun dan Pupuk K terhadap pertumbuhan Tanaman Kedelai pada Kondisi Cekaman
NaCl. Ilmu tanah dan Agroklimatologi, 7(1):17-24.
Purnomo,
Purnawati. 2007. 8 Jenis Tanaman Pangan unggul. Jakarta : penebar Swadaya
Rukmana
R, Yuniarsih. 1993.Kedelai Budidaya dan PacsaPanen. Yogyakarta : Kanisius.
Samuli
O. L., Karimuna. Sbaruddin. 2012. Produksi Kedelai pada Berbagai Dosis Bokashi
Kotoran Sapi