Jumat, 20 Desember 2013

BUDIDAYA KEDELAI (PRODUKSI TANAMAN 1)



BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Kedelai memiliki banyak manfaat dan dapat menjadi bahan olahan. Pengolaahan kedelai menjadi inovasi-inovasi makan ringan mulai berkembang. Jangung merupakan tanaman yang mengandung protein tinggi. Sangat banyak kegunaan dan inovasi yang dapat diolah dari kedelai. Berbeda dengan pertumbuhan konsumsi  kedelai yang tinggi, pertumbuhan produksi kedelai tidak stabil sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan. Produksi kedelai yang tidak stabil disebabkan beberapa hal seperti varietas unggul yang belum tersebar, teknik budidaya yang masih tradisional dan teknologi yang belum dapat diterapkan secara maksimal.
Kedelai merupakan bahan pangan ketiga seteah padi. Produksi kedelai di Indonesia tidak stabil setiap tahunnya.  Produksi kedelai yang tidak stabil ini disebabkan oleh belum menyebarnya variates unggul, teknik penanaman yang belum tepat dan penerapan teknologi yang masih kurang. Dalam usaha meningkatkan produksi kedelai seharusnya memahami karakteristik kedelai yang meiliputi morfologi, fisiologi, dan agroekosistemnya.
Tanaman kedelai merupakan tanaaman sempurna dengan adanya akar, batang, daun, biji dan bunga. Panjang umur kedelai antara 75-90 hari tergantung dengan varietas tanaman kedelai itu sendiri. Kedelai dapat dibagi menjadi dua jenis berdasarkan pertumbuhannya yaitu determinate dan indeterminate. Kedelai indeterminate merupakan kedelai yang pertumbuhan ujung batangnya tidak berakhir dengan rangkaian bunga. Tanaman kedelai determinate merupakan kedelai yang pertumbuhannya berakhir pada rangkaian bunga, sedangkan ujung batang tumbuh tanpa melilit tetapi lurus keatas.
 Tanaman kedelai memiliki spesifikasi agroekosistemnya sendiri. Kedelai dapat berproduksi optimal dengan suhu antara 23o - 45oC dan beriklim sedang. Curah hujan yang dibutuhkan tanaman kedelai yaitu 100 – 200 mm/bulan. Tanah yang dikehendaki oleh kedelai adalah tanah gembur dengan pH berkisar 5,5 – 7,0. Tanaman kedelai tidak menyukai genang air sehingga dibutuhkan drainas yang baik. Ketinggian tempat penanaman antara 0 – 1300 mdpl dengan kemiringan tidak lebih dari 8%.
Perawatan tanaman kedelai dilakukan dengan pemupukan dan pemeliharaan dari OPT. Pemupukan dilakukan dua kali, pemupukan pertama merupakan pemupukan dasar dengan 2/3 dosis N dan K sedangkan P dapat diberikan seluruh dosis. Pemupukan kedua 1/3 dosis N dan K diberikan menjelang tanaman berbunga yaitu pada 20-30 hari. Pupuk dilektakkan 5-10cm disampingg tanaman dengan kedalaman 10cm. Pada masa pertanaman dibutuhkan perawatan yang mencakup penjarangan tanaman, penyulaman, penyiangan dan mengontrol hama penyakit tanaman yang menyerang.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat  mengetahui taknik budidaya tanaman kedelai yang baik
2. Mahasiswa dapat menanam kedelai dan dapat menghasilkan produksi kedelai yang baik


BAB 2. TAINAJAUN PUSTAKA
Bahan organik dalam penanaman kedelai memiliki andil dalam meningkatkan produksi dan pertumbuhan tanaman. Bahan organik juga dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, biologi tanah sehingga kesehatan dan kesuburan dapat terjaga. Kandunagn phospat pada pupuk bokashi sudah dapat mencukupi kebutuhan dari tanaman kedelai (Samuli, 2012).
Tanaman kedelai memiliki keterbatasan terhadap cekaman garam. Apabila kedelai ditanam pada daerah hulu sungai maka produksinya akan sangat menurun. Kondisi ini terjadi akibat fluktuasi dari DHL yang terjadi dari pasang surut air laur. Pada tanah salin kadar garam akn menjadi penghambat serapan hara tanaman, sehingga tanaman akan kekurangan hara (Damanik, 2013).
Pemberian pupuk nitrogen dan penjadwalan masa irigasi dapat meningkatkan produksi tanaman. Pemberian pupuk sebanyak 90 kg/ha dengan irigasi setiap 12 hari sekali dapat meningkatkan produksi tanaman kedelai hingga mencapai 5,3 ton/ha. Hal ini terjadi karena pemberian pupuk sebanyak 90 kg/ha sudah dapat memenuhi kebutuhan hara tanaman. Pada pemberian pupuk sebanyak 120 kg/ha tidak efektif dalam meningkatkan produksi tanaman, kondisi ini terjadi kara pemberian pupuk sebanyak 120 kg/ha akan menghambat pertumbahn pada fase generatif dan akan berdampak terhadap produksi polong kedelai. Irigasi untuk tanaman kedelai yang paling efektif dalam meningkatkan produksi tanaman kedelai adalah setiap 12 hari sekali, hal ini terjadi karena tanaman kedelai tidak mengharapkan terlalu banyak air dan juga tidak tahan dengan kekeringan. Pengaturan irigasi ini dapat membantu akar tanaman dalam beraktifitas, dengan irigasi setai 12 hari sekali memberikan waktu yang ideal untuk akan berkatifitas (Chafi, 2012).
Menurut Atman (2008) penanaman kedelai dapat memperbaiki sifat biologi dan kimia tanah. Tanaman kedelai yang berasosiasi dengan mikroorganisme seperti Rhizobium dapat memperbaiki sifat biologi tanah. Dengan bantuan rhozobuim kondisi kimia tanah dapat kembali secara perlahan. Pada setiap lahan pertanian dianjurkan dalam satu tahun menanam satu kali jenis tanaman legum agar tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian agar pengembalian hara untuk tanah dapat terjadi untuk mengembalikan keseimbangan tanah.
Aplikasi biofertilizer pada lahan yang sedang ditanami kedelai sangat dianjurkan. Pemberian biofertilizer akan berguna untuk memperbaiki sifat biologi, kimia, dan fisika tanah. Biofertilizer dapat menydiakan beberpa unsur hara yang belum tersedia dan belum dapat terserap pada kondisi tertentu oleh tanaman, contohnya seperti penyediaan unsur N dari udara dan Unsur P yang sebelumnya tidak dapat diserap karena dalam kondisi mengkristal dapat tersedia karena dapat dilarutkan oleh beberapa mikroba. Penggunaan biofertilizer dapat mengurangi kebutuhan pupuk anorganik hingga mencapai 50% (Mekki, 2008).
Mengatur waktu penanaman dapat mempengaruhi peningkatan hasil produksi tanaman kedelai. Penanaman pada musim penghujan terkadang tidak dapat memaksimalkan produksi kedelai. Waktu tanam yang baik adalah dimulai pada awal masuk musim kemarau (Amjadian, 2013).
Menurut Rukmana (1996) tanaman kedelai memiliki kemampuan membentuk nodul-nodul akar dimana nantinya dapat digunakan untuk bersimbiosis dengan Rhizobium. Rhizobium memiliki peran dalam memfiksasi nitrogen di udara agar dapat di serap oleh akar tanaman.
Kedelai merupakan jenis tanaman semak. Tanaman kedelai berasal dari daerah Manshukuo, Cina utara. Pada periode perdagangan, para pedagang cina membawa kedelai keberbagai penjuru dunia seperti ke Amerika, jepang dan Indonesia. Kedelai mulai dikonsumsi sebagai makanan sejak abad 17. Tanaman kedelai memiliki fungsi lain yaitu sebagai pupuk hijau. Sisa tanaman kedelai dapat dijadikan pupuk hijau karena kadungan nitrogen pada tanaman tersebut masih banyak dan diharapkan setelah mengalami pengomposan kandungan nitrogennya dapat kembali di kembalikan ke tanah (Purnomo, 2007).
Pemulsaan merupakan suatu upaya untuk mnegurangi evaporasi pada tanah. Pemulsaan menggunakan limbah padi dapat membantu dalam penyediaan unsur P. Pada mulsa padi masih terdapat unsur P, dengan pembusukan mulsa secara berkala unsur P dapat diserap oleh akar. Mulsa memberikan kondisi yang lembab pada daerah yang tertutupi sehingga akar dapat lebih aktif bergerak mencari air dan unsur hara (Halim, 2009).
Tanaman kedelai akan sulit pada kondisi tanah salin. Kondisi ini terjadi akibat kada garam yang menghambat serapat hara N yang akan berpengaruh terhadap fase vegetatif kedelai dan juga akan berpengaruh terhadap produksi tanaman. Cekaman garam yang diapatkan akan menghambat terbentuknya nodul akar (Pujiasmanto, 2010).

BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Produksi Tanaman I dengan acara Teknik Produksi Tanaman Kedelai ( Glycine max ) dilaksanakan pada hari kamis tanggal 24 Oktober 2013 pada pukul 15.00-selesai di lahan Agroteknopark Jubung, kab. Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1.        Cangkul
2.        Tugal
3.        Roll meter
4.        Tali rafia
5.        Papn nama
6.        Ayakan
7.        Timba
3.2.2 Bahan
1.        Benih kedelai
2.        Pupuk urea
3.        Pupuk SP-36
4.        Pupuk KCl
5.        Polybag ukuran 40x60
6.        Tanah kering angin diayak
3.3 Cara Kerja
1.        Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2.        Menyiapkan media tanah dengan cara mengayak tanah, dan menjemur sampai kering angin
3.        Menganmbil sampel tanah kemudian dianalisis dengan sidik cepat untuk mengetahui kondisi tanah meliputi pH, C-Organik, dan sifat-sifat fisik
4.        Memasukkan tanah sebanyak 10 Kg ke dalam polybag, untuk perlakuan dengan penambahan BO berat tanah disesuaikan, kemudian menyiaram dengan air
5.        Menanam benih kedelai pada masing-masing perlakuan satu lubang diisi 2 benih
6.        Pemupukan SP-36 dan KCl serta penambahan Bahan Organik sesuai dengan dosis anjuran dari analisis sidik cepat sedangkan untuk pupuk Urea sesuai dengan perlakuan
7.        Melakukan pengamatan secara rutin.

Parameter Pengamatan untuk kedelai:
1.        Tinggi tanaman, diukur dari leher akar sampai titik tumbuh
2.        Internodial (jarak antar tangkai daun)
3.        Jumlah batang produktif (yang menghasilkan bunga)
4.        Jumlah bintil akar aktif
5.        Jumlah daun (sesuai jenis daun / daun majemuk)
6.        Kecepatan tumbuh bunga
7.        Tipe perkecambahan


BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Tabel Pengamatan
Perlakuan
Minggu ke
Rerata Tinggi Tanaman (cm)
Rerata Jumlah Daun
Rerata Jarak Antar Ruas
Jumlah Akar
Panjang Akar (cm)
Jumlah Bintil Akar
Kontrol
(1 & 4)
1
4,08
3,38
1,06
8
27
240
2
8,04
6,61
2,66
3
10,66
7,81
3,06
4
16,48
10,84
3,04
5
21,52
16,26
2,61
6
22,53
17,4
3,64
7
32,89
31,29
4,81
Perlakuan 1
(2 & 5)
1
3,78
3,27
1
8
23,85
17,5
2
7,92
4,8
1,95
3
10,52
10,94
2,41
4
12,15
11,64
3,59
5
13,72
12,36
3,64
6
21
19,2
4,01
7
25,12
39,15
4,16
Perlakuan 2
(3 & 6)
1
5,26
2,65
0,87
16,5
17,5
29
2
6,78
4,23
0,69
3
9,43
6,79
1,02
4
12,29
10,4
1,51
5
12,79
11,53
1,4
6
15,88
12,66
1,46
7
16,98
17,51
2,02

4.1.2 Grafik Rerata Tinggi Tanaman
4.1.3 Grafik Rerata Jumlah Daun
4.1.4 Grafik Rerata Jarak Antar Ruas
4.1.5 Grafik Akar
4.2 Pembahasan
Tanaman kedelai merupakan tanaman yang bersimbiosis dengan bakteri penambat nitrogen atau biasa disebut rhozobium. Simbiosis tanaman kedelai dengan rhizobium membuat kebutuhan akan pupuk N dari luar sedikit tidak dibutuhkan lagi, hal ini terjadikarena kebutuhan Nitrogen sudah terpenuhi dari simbiosis tersesbut. Rhizobium mendapatkan Nitrogen dari udara bebas dalam jumlah yang cukup banyak. Rhizobakter membentuk bintil atau nodul pada akar untuk bersimbiosis dengan tanaman legum atau lebis spesifik lagi kedelai. Nodul atau bintil akar tersebut sebagai tempat rhizobakter bekerja. Aplikasi pupuk nitrogen yang berlebihan akan mengakibatkan pertumbuhan nodul akar akan terganggu bahkan terhambat, jadi perlu diperhatikan penggunaan pupuk urea dalam bududidaya kedelai. Menurut Rukmana (1996) tanaman kedelai memiliki kemampuan membentuk nodul-nodul akar dimana nantinya dapat digunakan untuk bersimbiosis dengan Rhizobium. Rhizobium memiliki peran dalam memfiksasi nitrogen di udara agar dapat di serap oleh akar tanaman. Aplikasi biofertilizer pada lahan yang sedang ditanami kedelai sangat dianjurkan. Menurut Mekki (2008) aplikasi biofertilizer (rhizobium) akan berguna untuk memperbaiki sifat biologi, kimia, dan fisika tanah. Penggunaan biofertilizer dapat mengurangi kebutuhan pupuk anorganik hingga mencapai 50%.
Perawatan merupakan hal penting yang harus dilakukan rutin selama proses budidaya. Perawatan tanaman mencakup penyiangan, penyiraman, pemupukan dan pengendalian OPT. Pada penyiraman tanaman hindari pada waktu siang hari. Penyiraman yang tidak dilakukan pada siang hari yang pertama adalah menghindari terjadinya penguapan yang terlalu tinggi terjadi pada siang hari, penguapan yang tinggi mengakibatkan serapan air tidak optimal. Kemudian pada siang hari terjadi pengauapan yang tinggi sehingga tekanan turgor menurun, ketika tekanan turgor menurun kemudian penyiraman dilakukan akan mengakibatkan kelayuan pada tanaman sehingga akan menggangu proses metabolisme tanaman. Penyiraman tanaman yang baik dilakukan pada pagi hari atau sore hari. Hal ini karena pada pagi dan sore hari tingkat penguapan relatif kecil sehingga tanaman dapat menyerap air secara maksimal. Perlu dikeyahuai bahwa waktu yang paliang tepat atau optimal untuk fotosintesis antara pukul 10-12 pagi, hal ini dapat dikaitkan dnegan penyiraman, penyiraman pada pagi hari dapat digunakan sebagai suplai air untuk fotosintesis pada siang harinya sehingga kebutuhan dari air dapat terpenuhi.
Permasalahan yang terjadi dilapangan adalah serangan hama kutu dan hama-hama lainnya. Hama ini kebanyakan merusak daun sehingga berkakibat terhadap proses fotosintesis. Permasalahan hama dapat ditanganani dengan dua macam pengendalian yaitu secara kimia dan hayati. Penggunaan pestisisda kimia tidak dapat dilakuakan secara terus menerus dan harus tepat dosis, tepat waktu dan tepat sasaran. Aplikasi pestisida kimia harus memperhatikan ambang ekonomi sebelum dilakukannya aplikasi. Ambang ekonomi merupakan batas dimana hama yang menyerang apabila tidak segera dikendalikan akan mengakibatkan kerugian bagi petani. Aplikasi pestisida yang sembarangan dan berlebihan mengakibatkan resistensi dan terjadinya residu pada tanaman, hal ini akan semakin meugikan bagi manusia. Opsi pengendalian ke-dua relatif lebih aman yaitu menggunakan pengendalian hayati. Pengendalian hayatid dapat mencakup penggunaan pestisida nabati, predator, parasitoid, bakteri entomopatogen. Aplikasi menggunakan pengendalian hayati memerlukan kesabaran lebih, hal ini terjadi karena aplikasi mengguanakan pengendalian hayati tidak dapat langsung memberikan efek mematikan seperti halnya penggunaan pestisida kimia. Kelebihan dari penggunaan pengendalian secara hayati adalah tidak menyebabkan resistensi, keracunan dan tidak meninggalkan residu. Namun pengendalian secara hayati memerlukan waktu yang lebh lama untuk mematikan hama.
Komoditas tanaman kedelai sering kali menjadi permasalhan yang rumit karena ketersediaan di pasar terkadang turun dan mengakibatkan naiknya harga. Pemerintah memmilih untuk mengimpor kekurangan kedelai dan biasanya negara ekportirnya adalah Amerika. Para petani di Indonesia merasa penanaman kedelai bukanlah suatu prospek budidaya yang menghasilkan keuntungan besar, sehingga sedikt sekali petani yang membudidayakan. Adapun sawah yang menanam kedali namun itu hanya bertujuan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga akan lebih subur lagi bila masuk musim tanam baru. Pada dasarnya tanaman kedelai buka tanaman endemik di daerah tropis. Kedelai merupakan tanaman yang berasal dari daerah subtropis, sehingga sedikit bnyak akan mengakibatkan perbedaan antara penanaman di daerah asal dengan penanaman di daerah yang kurang tepa sebenrnya untuk budidaya kedelai. Perbedaan  iklim tropis dan subtropis dapat membedakan hasil produksi yang mencolok. Permasalahan selanjutnya adalah varietas yang memiliki produktiviats rendah, dengan varietas yang seperti ini hasil produksi tanaman dapat dipastikan kurang memuaskan.
Dari hasil yang diperoleh selama pengamatn tujuh minggu yaitu hasil terburuk terdapat pada perlakuan dua, perlakuan dua yaitu dnegan urea mencapa 90 kg/ha. Perlakuan daun mnghasilkan tinggi tanaman, jumlah daun dan jarak antar tunas hanya mencapai 16,98 cm, 17 helai daun dan 2,02 cm. Sedangakan pada perlakuan kontrol dan perlakuan satu menghasilkan data yang tidak terlalu berbeda nyata. hal ini berbeda dnegan hasil penelitan Chafi (2012) pemberian pupuk sebanyak 90 kg/ha dengan irigasi setiap 12 hari sekali dapat emningkatkan produksi tanaman kedelai mencapai 5,3 ton/ha. Hal ini terjadi karena pemberian pupuk sebanyak 90 kg/ha sudah dapat memenuhi kebutuhan hara tanaman. Beberapa hal yang perlu diperhatikan juga adalah kondisi irigasi, pada praktikum kali ini irigasi tidak terjadwal secara baik dan pad setiap minggu air irigasi menggenang. Tanaman kedelai umunya tidak menyukai terlalu banyak air. Hal ini mungkin saja dapat menjandi indikator lanjutan pada penanaman kedelai. pengaturan waktu tanam dapat menjadi solusi yang tepat untuk masalah air pada penanaman kedelai. Mengatur waktu penanaman dapat mempengaruhi peningkatan hasil produksi tanaman kedelai. Penanaman pada musim penghujan terkadang tidak dapat memaksimalkan produksi kedelai. Waktu tanam yang baik adalah dimulai pada awal masuk musim kemarau (Amjadian, 2013).

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1.      Tanaman kedelai merupakan tanaman yang bersimbiosis dengan bakteri penambat nitrogen atau biasa disebut rhozobium. Simbiosis tanaman kedelai dengan rhizobium membuat kebutuhan akan pupuk N dari luar sedikit tidak dibutuhkan lagi, hal ini terjadikarena kebutuhan Nitrogen sudah terpenuhi dari simbiosis tersesbut. Rhizobium mendapatkan Nitrogen dari udara bebas dalam jumlah yang cukup banyak. Rhizobakter membentuk bintil atau nodul pada akar untuk bersimbiosis dengan tanaman legum atau lebis spesifik lagi kedelai.
2.      Penyiraman tanaman hindari pada waktu siang hari. Penyiraman yang tidak dilakukan pada siang hari yang pertama adalah menghindari terjadinya penguapan yang terlalu tinggi terjadi pada siang hari, penguapan yang tinggi mengakibatkan serapan air tidak optimal. Kemudian pada siang hari terjadi pengauapan yang tinggi sehingga tekanan turgor menurun, ketika tekanan turgor menurun kemudian penyiraman dilakukan akan mengakibatkan kelayuan pada tanaman sehingga akan menggangu proses metabolisme tanaman.
3.      Permasalahan yang terjadi dilapangan adalah serangan hama kutu dan hama-hama lainnya. Hama ini kebanyakan merusak daun sehingga berkakibat terhadap proses fotosintesis. Permasalahan hama dapat ditanganani dengan dua macam pengendalian yaitu secara kimia dan hayati.
4.      Data yang dihasilkan tidak sesuai literatur, hal ini bisa saja terjadi karena pemilihan watu tanam. Waktu tanam yang baik adalah akhir musim hujan, hal ini dipilih karena tanaman kedelai pada dasarnya tidak menghendaki terlalu banyak air
5.2 Saran
Pengamatan yang dilakukan saat praktikum dirasa sangat kurang, hal ini karena proses pemanenan belum memasuki masa atau waktu yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA
Amjadian M., Latift N., Farshadfar M., Gholipoor M. 2013. Study of intercropping corn and soybean in various planting dates. Agriculture and Crop Sciences, 5(20):2365-2371.
Atman. 2008. Budidaya Kedelai di Lahan Sawah Sumatera Barat. Ilmiah Tambua, 5(3);288-296.
Chafi A, Amiri E, Nodehi A. D. 2012. Effects of Irrigation and Nitrogen Fertilizer on Soybean (Glycine max) Agronomic Traits. Int Agri Crop Science, 4(16):1188-1192.
Damanik F., Rosmayati, Hasyim. 2013. Respons Pertumbuhan dan Produksi Kedelai terhadap Pemberian Mikoriza dan Penggunaan Ukuran Biji pada Tanah Salin. Agroteknologi, 1(2):142-153.
Halim A. 2009. Pengaruh Pemulsaan terhadap Pemanfaatan Residu pemupukan Padi bagi Pertumbuhan dan Produksi kedelai yang Ditanaman setelah Padi. Agrisitem, 5(2):83-88.
Mekki B, Ahmed G. 2008. Growth, Yield and Seed Quality of Soybean (Glycine max L.) As Affected by Organic, Biofertilizer and Yeast Application. Agriculture and Biological Sciencnes, 1(4):320-324.
Pujiasmanto B, Sumiyati, Widijanto H., NM Alfiatun. 2010. Uji Pemberian Legun dan Pupuk K terhadap pertumbuhan Tanaman Kedelai pada Kondisi Cekaman NaCl. Ilmu tanah dan Agroklimatologi, 7(1):17-24.
Purnomo, Purnawati. 2007. 8 Jenis Tanaman Pangan unggul. Jakarta : penebar Swadaya
Rukmana R, Yuniarsih. 1993.Kedelai Budidaya dan PacsaPanen. Yogyakarta : Kanisius.
Samuli O. L., Karimuna. Sbaruddin. 2012. Produksi Kedelai pada Berbagai Dosis Bokashi Kotoran Sapi