I. PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Hidroponik
adalah teknologi pertanian modern, Hidroponik merupakan teknik media tanam non
tanah. Hidroponik merupakan teknik media tanam yang menggunaka air sebagai
media penyalur nitrisi dan oksigen.
Hidroponik
dilihat dari metode pembuatannya dibagi
dua macam yaitu hidroponik substrat dan non substrat. Pengguanaan arang sekam,
pasir, kerikil batu apung/cocopeat, rock wool dan spon sebagai media tanam
disebut metode substrat. Segala bentuk media tersebut berfungsi untuk tempat
nutrisi dan berpijaknya akar, suplai nutrisi diberiakan dengan menyiram. Pada
metode non substrat tanaman langsung menggunakan saluran air untuk pemenuhan
nutrisi, metode seperti ini biasa disebut Nutrient Film Technique (NTF). Adapun
metode aeroponik yang pemenuhan nutrisi tanamannya menggunakan air bernutrisi
dikabutkan dan menyemprotkannya ke akar tanaman.
Ada
beberapa kelebihan pada teknik hidroponik dibandingkan dengan teknik
konvensional seperti memiliki kualitas dan produksi tanaman yang lebih baik dan
besar, kehilangan setelah panen lebih kecil daripada konvensional, harga jual
relative lebih tinggi dan konstan, dapat mengatur jumlah dan kepadatan tanaman
persatuan luas, nutrisi tanaman lebih efisien dan cukup tersedia, mutu hasil
tanaman lebih terjamin, panen dapat diatur sesuai kebutuhan pasar, dan tidak
bergantung pada musim.
Dengan semakin sedikitnya lahan untuk pertanian dapat memacu perkembangan
dari teknik hidroponik. Hidroponik sangat mendukung kondisi lahan yang tidak
subur, sempit, dan toleran terhadap kondisi ketinggian dan suhu suatu wilayah.
Sangat mungkin bila 10-20 tahun yang akan datang teknik hidroponik dapat
berkembang hampir 80% meilhat pertumbuhan manusia yang tidak terkendali. Selain
itu, tuntutan terhadap produksi dan kualitas tanaman juga semakin meningkat,
dengan pengaplikasian hidroponik sangat mungkin dipenuhinya permintaan pasar
akan sayur dan buah. Pada teknik hidroponik juga dapat dipadukan dengan
penamanam non pestisida, sehingga dapat meningkatkan harga suatu komoditi.
1.2
Tujuan
Mahasiswa
dapat mengerti dan memahami pemanfaatan
media tanam non tanah dalam budidaya hidroponik serta mengkaji respon dari
media yang ada terhadap pertumbuhan tanaman.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Beberapa tanaman yang mudah untuk
hidroponik adalah jenis sayuran, jenis selada, sawid dan seledri merupakan
tanaman yang mudah sekali dibudidayakan secara hidroponik (Arianto,2007).
Seledri merupakan tanaman daun ang sering digunakan sebagai pemanis hingga
penyedap pada masakan. Seledri dapat tumbuh baik dalam kondisi dingin (Haryoto, 2009). Pada tanaman obat seperti
buah dewa yang menggunakan hidroponk caranya dengan media pasir, tanah dan
pupuk kandang di campur lalu di tempatkan di pot (Santoso,2008)
Budidaya secara hidroponik merupakan teknik tanpa
menggunakan media tanah, penggunaan cocopeat, krikil, pasir, silikat dapat
dijadikan media tumbuh tanaman. Untuk kebutuhan nutrisi tanaman agar tumbuh
baik dan maksimal sesuai keinginan diatur dalam bentuk cair dan biasanya
disemprotkan atau dialirkan melalui air dalam pipa. Teknik hidroponik nyata
menghasilkan berbagai tanaman hortikultura dengan hasil ang sangat memuaskan.
Pengaturan pertumbuhan, hasil panen merupakan nilai tambah untuk teknik
hidroponik (Siswandi,2008). Hidroponik merupakan teknik menanam tanpa
menggunakan tanah, tetapi menggunakan media batu apung, pasir, air. Penggunaan
teknik hidroponik memiliki beberapa keunggulan seperti tidak membutuhkan tanah
yang luas, tanaman lebih bersih, dll. Tanaman yang bisa menggunakan teknik
hidroponik adalah jenis hortikultura (Utama, 2006). Penggunaan cocopeat untuk
medai hidroponik sudah banyak, cocopeat dipilih karena berbagai keunggulannya
seperti serapan dan penyimpanan hara dan
air yang baik, aerasi yang baik menyebabkan pertumbuhan yang baik pada tanaman
(Prasetyawan, 2009).
Pupuk yang digunakan dalam teknik
hidroponik adalah pupuk yang mudah arut dalam air. Pupuk yang diperlukan adalah
pupuk majemuk, yang menyedaiakan unsur amkro dan mikro sekaligus. Penggunaan
pupuk majemuk dengan konsentrasi yang berbeda-beda disetiap unsurnya akan
mempengaruhi hasilnyata dari tanaman hidroponik, perbedaannya berada pada
pertumbuhan, jumlah buah, dan bobot buah. Pengaruh konsentrasi pupuk majemuk
sangat besar (Siswadi, 2008).
Pada beberapa kondisi seperti pada
budidaya mentimun jepang menggunakan system hidroponik sangat berpengaruh nyata
terhadap pengaturan umur, tinggi, berat, dan jumlah buah pada tanaman dapat
diatur sedemikian rupa sehingga dapat mnghasilkan kualitas dan kuantitas yang
baik. Keluarnya bunga dapat lebuh cepat
dari penanaman secara konvensional,
tinggi tanaman dapat tumbuh cepat dengan menggunakan media substrat (arang
sekam dan pasir). Berat buah sangat nyata, penggunaan arang sekam dan pasir
menghasilkan berat buah yang paling bagus, untuk jumlah buah penggunaan arang
sekam dan pasir pun tetap mendominasi, penggunaan arang sekam dan pasir
menghasilkan buah yang terbanyak. Jadi kesimpulannya penggunaan media substrat
arang sekam dan pasir menghasilkan tanaman dan hasil tanaman yang sangat
memuaskan baik secara kualitas dan kuantitas pada masa tanaman maupun panen
(Silvina, 2008). Pada tanaman
selada yang menggunakan teknik hidroponik terbukti menghasilkan pertumbuhan
baik dan hasil selada yang memuaskan, hal mitu terlihat pada peningkatan jumlah
daun, panjang akar, tinggi tanaman, berat segar dan berat kering tajuk, dan
luas daun. Ini terjadi mungkin disebabkan nutrisi tanaman telah terpenuhi
(Mas’ud, 2009).
Seiriing perkembangan waktu, teknologi
hidroponik semakin berkembang, penggunaan THST (Teknologi Hidroponik Sistem
Terapung) makin dikembangkan. Namun tidak semua jenis tanaman bisa dikembangkan
pada metode ini karena setiap tanaman memiliki pola adaptasi sendiri (Susila,
2008). Pupuk organik merupakan bahan yang dapat memperbaiki unsur-unsur hara
dalam tanah melalui praktek pendaurulangan unsur hara dari bahn organik
(Mahrani, 2008).
III. BAHAN DAN METODE
3.1
Tempat
dan Waktu
Praktikum
ini dilakukan di laboratorium Hortikultura
Fakultas Pertanian Universitas Jember pada tanggal 14 Maret
2013 pukul 13.45 WIB sampai dengan selesai.
3.2
Bahan
dan Alat
3.2.1
Bahan
1.
Larutan nutrisi A, B
mix
2.
Pupuk gandasil B
3.
Pupuk NPK
4.
Pupuk Urea
5.
Pupuk KCl
6.
Pupuk SP-36
7.
Fungisida dan
Insektisida
3.2.2 3.3.2
Alat
1.
Pot plastic
2.
Pipa paralon
3.
Gelas ukur
4.
Cetok
5.
Spreyer
3.3
Cara
kerja
Langkah-langkah yang
dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.
Menanam bibit tomat kedalam media padat dan bibit tanaman
kangkung pada media NFT yang telah disediakan dengan terlebih dahulu melepaskan
polybag bibit
2.
Memadatkan media di seiktar pangkal bibit dan untuk
media NFT berikan penyangga spon pada pangkal bibit.
3.
Menyiram media
dengan air bersih.
4.
Melakukan
penyiraman nutrisi A,B Mix
5.
Melakukan pemupukan
NPK, Urea, KCl dan SP-36
6.
Melakukan perawatan
7.
Melakukan
pengamatan setiap minggu
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel Media Substrat
Kel
|
Komposisi
Media
|
M0
|
M1
|
M2
|
M3
|
M4
|
|||||||
P
|
SG
|
K
|
T
|
D
|
T
|
D
|
T
|
D
|
T
|
D
|
T
|
D
|
|
1
|
1
|
1
|
1
|
36,3
|
30,7
|
37,7
|
31
|
45
|
51
|
60
|
72
|
73,3
|
94
|
2
|
1
|
-
|
2
|
29,4
|
31
|
41
|
41
|
63,3
|
87
|
77,6
|
111
|
96
|
136
|
3
|
-
|
2
|
1
|
17,8
|
30
|
24,4
|
44
|
37,6
|
62
|
54,3
|
94
|
65,6
|
142
|
4
|
2
|
-
|
1
|
18,33
|
29
|
27
|
41
|
38,3
|
67
|
49,7
|
88
|
110,6
|
118
|
5
|
-
|
-
|
3
|
28,4
|
37
|
33,3
|
57
|
48,5
|
78
|
70,4
|
126
|
89,4
|
147
|
6
|
-
|
1
|
2
|
26
|
74
|
31
|
86
|
40,1
|
94
|
50,3
|
63
|
61,6
|
72
|
Tabel Media NFT
DOSIS
|
M0
|
M1
|
M2
|
|||
T
|
D
|
T
|
D
|
T
|
D
|
|
1
G/L
|
6,9
|
4
|
7,7
|
4
|
8,4
|
4
|
1,5
G/L
|
6,4
|
4
|
5,9
|
3
|
2,8
|
2
|
2
G/L
|
4,4
|
5
|
4,3
|
2
|
0
|
0
|
M= Minggu
4.2
Pembahasan
Dari
hasil pengamatan selama empat minggu pada media substrat didapatkan hasil yang
beragam. Perbedaan komposisi media substrat hidroponik nyata memberikan hasil
yang bebeda. Pada komposisi pasir, serbuk gergaji, dan kompos dengan
perbandingan 1:1:1 memberikan hasil yang tidak begitu baik dan juga tidak
terlalu buruk dengan tinggi tanaman tomat 73,3 cm dan jumlah daun 94 lembar.
Pada komposisi pasir dan kompos dengan perbandingan 1:2 menghasilkan tanaman
yang cukup baik dengan tinggi 96 dan jumlah daun 136 lembar. Pada tanamandengan
komposisi sebuk gergaji dan kompos (2:1) memberikan hasil yang timpang dengan
jumlah daun 142 dan tinggi tanaman hanya 65,6 cm. Untuk komposisi pasir dan
kompos (2:1) memberikan hasil yang cukup baik dan seimbang dengan tinggi
tanaman 110,6 cm dan 118,7 lembar daun. Komposisi kompos saja memberikan hasil
yang cukup baik juga yaitu dengan tinggi tanaman 89,4 cm dan 147 lembar daun.
Hasil dari komposisi sebuk gergaji dan kompos (1:2) memberikan hasil terburuk
dengan tinggi tanaman 61,6 dan 72 lembar daun.
Hasil
terbaik dari media substrat adalah perlakuan dengan pasir dan kompos dengan
komposisi 1:2. Kondisi ini terjadi mungkin karena dari media substrat kompos
sudah memberikan cadangan nutrisi dari sisa-sisa bahan orgnaik yang membusuk,
sehingga menambah nutrisi yang masuk kedalam tanaman selain dari nutrisi yang
diberikan secara manual. Pasir memberikan struktur ang baik untuk perakaran
sehingga pertumbuhannya tidak terganggu dan dapat berkemabang dengan baik.
Pemilihan hasil terbaik untuk perlakuan medai pasir dan kompos dengan
perbandingan 1:2 dilihat dari indikator pertumbuhan tinggi tanaman tomat yang
stabil dan terus bertambah dengan rasio yang tinggi. Kemudian indikator kedua
adalah jumlah daun, jumlah daun dari perlakuan ini terlihat terus tumbuh dan
bertambah setiap minggunya dengan rasio yang cukup tinggi, kondisi ini
membuktikan bahwa tanaman tomat sangat suka dan baik tumbuh pada media substrat
dengan perlakuan pasir kompos (1:2) tentu saja dengan pemberian nutrisi secara
manual yang rutin. Dibandingan tanaman lain dengan perbandingan substrat yang
berbeda memang terihat tidak terlalu mencolok, tapi bila dilihat dari data
garfik, terlihat peningkatan petumbuhan yang baik dengan indikator tinggi dan
jumlah daun.
Untuk
pertumbuhan yang paling buruk adalah dengan komposisi serbuk gergaji dan kompos
baik yang perbandingan 2:1 ataupun 1:2, tapi yang terburuk terlihat pada
perbandingan 1:2 yaitu dengan tinggi tanamn 61,6 dan 72 lembar daun. Kondisi
ini mungkin terjadi karena bebrapa hal dilihat dari aspek medai tanamnya.
Pertama, serbuk gergaji mungkin memiliki Cn raiso yang melebihi ambang ketentuan
yaitu >20, dengan Cn rasio yang tinggi membuat tanaman ttidak dapat
beradaptasi karena nutrisi-nutrisinya akan terikat oleh serbuk gergaji dan
sulit untuk di manfaatkan dan diserap. Komposisi kompos tanpa di imbangi pasir
yang umunya memberikan sifat pendingin dingin dan kompos yang memberikan sifat
panas atau hangat akan mengakibatkan media tanam agak terasa hangat bahkan
panas bagi akar sehingga akar kesulitan untuk tumbuh. Pasir yang memiliki
manfaat sebagai tempat berpijaknya akar juga hilang akibat tidak dimasukkannya
dalam komposisi tersebut. Kombinasi dari kesemuanya akan mengakibakan
perumbuhan tanaman tomat mengalami
kesulitan pertumbuhan.
Tanaman
sawi yang ditanamn menggunakan teknik NFT hampir 70% mati dan sisanya hidup tapi tidak dengan kondisi
normal. Sawi yang masih hidup terlihat kerdil dan seperti kekurangan nutrisi.
Kondisi ini mungkin saja terjadi karena sirkulasi air yang melarutkan nutrisi
masih kurang baik, yang mengakibatkan mengendapnya nutrisi di dasar pipa dan
tidak dapat terserap maksimal oleh tanaman. Nutrisi gandasil D sebenarnya tidak
cocok untuk nutrisi yang dilarutkan dalam media air, karena gandasil D
seharusnya disemorotkan saja ke daun. Sirkulasi udara yang kurang baik
menyebabkan naiknya suhu air sehingga tidak cocok untuk akar tanaman. Kemudian
pemberian nutrisi tanaman yang mungkin terlalu lama sehingga nutrisi yang
diserap kurang, bisa menjadi aspek selanjutnya yang membantu kegagalan teknik
NFT. Tanaman sawi merupakan tanaman yang membutuhkan air yang cukup, bukan membutuhkan
air yang sangat melimpah seperti kangkung, seharusnya dalam penanaman NFT akar
tanaman sawi tidak direndam dalam air dan seharusnya cukup di gantung sehingga
tidak semua badan akar yang masuk dalam air nutrisi. Aspek yang harus
diperhatikan senjutnya adalah benih sawi yang ditanam harus yang terbaik,
karena penanaman denga teknik NFT sangat berbeda dengan teknik tanaman secara
konvnesional. Mungkin dalam pembenihan harus dimulai dengan cara hidroponik
juga, sehingga tanaman sudah beradaptasi pada cara hidroponik. Yang dimaksud
perlakuan hidroponik dari masa pembenihan adalah saat penyemaian benih
menggunakan pasir untuk medianya dan tanaman dengan jenis indeterminate.
Dalam
budidaya tanaman secara hidroponik terdapat beberapa aspek yang mempengaruhi
keberhasilannya seperti, pemilihan komposisi dan campuran yang baik, benih yang berkualitas, pemberian nutrisi
yang teratur, faktor eksternal sepeti cahaya matahari yang cukup dan
perlindungan dari OPT. Komposisi dengan beberapa media tanam yang seimbang
seperti komposisi dari pasir, kompos dan
cocopeat akan membantu memberikan media yang cocok untuk pertumbuhan tanaman,
cocopeat yang digunakan adalah cocopeat yang khusus untuk hidroponik dengan Cn
rasio tidak mencapai 20. Benih yang berkualitas memberikan persentase hidup
dari teknik hidroponik semakin tinggi, karena teknik hidroponik sangat berbeda
dengan teknik konvensional. Tanaman membutuhkan daya adaptasi yang baik sehingga
dari mulai pembibitan diusahakan dengan teknik hidroponik (substrat). Pemberian
nutrisi yang teratur akan membuat tanaman memiliki kecukupan hara untuk tumbuh,
sehingga tidak akan mengalami kekurangan nutrisi dan terlihat kerdil. Faktor
eksternal juga hasrus diperhatikan seperti cahaya matahari yang cukup akan
sangat membantu dalam pertumbuhan karena dalam teknik hidroponik sama saja
tanaman membutuhkan cahay matahari yang optimal untuk berfotosintesis,
perlindungand dari OPT sangat penting karena dalam teknik hidroponik sangat
mudah terserang OPT karena dalam suatu lingkup wilayah yang kecil pertanamannya
hanay mono kultur, yang mengundang OPT menyerang.
Teknik
hidroponik substrat merupakan yang paling efektif dan efisien ditinjau dari
resiko yang kecil, kemudahan pembuatannya, dan pengaturan pemerian nutrisi yang
mudah. Resiko yang kecil karena dari semua tanaman yang ditanam tumbuh maskipun
terserang penyakit karat daun, ini wajar karena semua tanaman yang dalam media
substrat tidak diberi pestisida untuk mencegah OPT menyerang. Kemudahan
pembuatan media merupakan salah satu aspek efektifitas penggunaan media
substrat. Untuk pembuatan medai non substrat memang sedikit lebih rumit, karena
pembuatan penampang media, pemberian nutrisi, pengaturan aliran air yang harus
diperhitungkan secara matang. Pada media substrat, pemberian nutrisi biasanya
diberi setiap tiga hari sekali dengan cara menyiram media subtrat yang sudah
ada.
Kurang
efektif dan efisiensinya media non substrat dapat dilihat dari hasil pengamaan
selama 4 minggu praktikum. Dari 5 tanaman sawi yang ditanam 80%-nya mati pada
minggu ke-3. Kerumitan dari tata cara perawatan sangat mempengaruhi efektifitas
dan keefesienan dari media hidroponik. Pada media non substrat memerlukan
pengaturan suhu media air secara teliti dan berkala, karena peningkatan suhu
akan menyebabkan akar tanaman sulit berkembang bahkan mati. pengaturan aerasi
yang harus baik, karena tanaman memerlukan aerasi untuk mengangkut air dan
unsur hara ke bagian atas tanaman. Pada media substrat lebih mudan serta
efektif dan efisien karena pada media substrat pengaturan suhu media, aerasi
dan pemberian nutrisi lebih simpel. Pengaturan suhu media dapat dikontrol dengan pemberian air yang
fungsinya sendiri memberikan efek dingin serta kombinasinya dengan pasir yang
stabil memberikan suhu ynag optial bagi
akar tanaman. Aerasi mudah diatur dari komposisi media tanam, seperti
komposisi dari pasir akan memberikan ruang udara yang cukup sehingga akar dapat
berkembang dengan baik
DAFTAR PUSTAKA
Arianto E.
2007. Sawi dan Selada. Depok . Penebar Swadaya
Haryoto. 2009.
Bertanam Seledri secara Hidroponik. Yogyakarta. Kanius
Mahrani. 2008. Evaluasi Penyuluhan penggunaan
Bokashi Kotoran sapi Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Gajah. Jurnal
Agrisistem vol 4 no. 1 hal 18-27
Mas’ud. 2009. Sistem Hidroponik dengan Nutrisi dan Media
Tanam Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Selada. Media Litbang Sulteng
vol.2 no.2 hal 131-136
Prasetyawan. 2009. Sifat Fisis dan Mekanis Papan Komposit
dari Serbuk Sabut Kelapa dengan Plastik Polyethylene. Skripsi Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Santoso B. 2008. Ragam dan Khasiat Tanaman Obat Sehat
Alami dan Halaman Asri. Jakarta. Agromedia pustaka
Silvina. 2008.
Penggunaa Berbagai Medium Tanam dan Konsentrasi Pupuk Organik Cair pada
pertumbuhan dan Produksi Mentimun Jepang Secara Hidroponik. Jurnal Sagu vol.7
no.1 hal 7-12
Siswandi. 2008.
Berbagai Formulasi Kebutuhan Nutrisi pada Sistem Hidroponik. Jurnal Inovasi Pertanian
Vol.7,no.1 hal 103-110
Susila D. 2006.
Pengembangan Teknologi Maju untuk Meningkatkan Produksi Sayuran Berkualitas
Sepanjang Tahun. Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian ITB.
Utama S. 2008.
Perancangan dan Implementasi Pemeliharaan Tanaman Hidroponik. Jurnal Teknik
Elektro Vol.8 no.1 hal 1-4.