Selasa, 30 April 2013

Teknik Media Tanam Hidroponik


I. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Hidroponik adalah teknologi pertanian modern, Hidroponik merupakan teknik media tanam non tanah. Hidroponik merupakan teknik media tanam yang menggunaka air sebagai media penyalur nitrisi dan oksigen.
Hidroponik dilihat dari metode pembuatannya  dibagi dua macam yaitu hidroponik substrat dan non substrat. Pengguanaan arang sekam, pasir, kerikil batu apung/cocopeat, rock wool dan spon sebagai media tanam disebut metode substrat. Segala bentuk media tersebut berfungsi untuk tempat nutrisi dan berpijaknya akar, suplai nutrisi diberiakan dengan menyiram. Pada metode non substrat tanaman langsung menggunakan saluran air untuk pemenuhan nutrisi, metode seperti ini biasa disebut Nutrient Film Technique (NTF). Adapun metode aeroponik yang pemenuhan nutrisi tanamannya menggunakan air bernutrisi dikabutkan dan menyemprotkannya ke akar tanaman.
Ada beberapa kelebihan pada teknik hidroponik dibandingkan dengan teknik konvensional seperti memiliki kualitas dan produksi tanaman yang lebih baik dan besar, kehilangan setelah panen lebih kecil daripada konvensional, harga jual relative lebih tinggi dan konstan, dapat mengatur jumlah dan kepadatan tanaman persatuan luas, nutrisi tanaman lebih efisien dan cukup tersedia, mutu hasil tanaman lebih terjamin, panen dapat diatur sesuai kebutuhan pasar, dan tidak bergantung pada musim.
Dengan semakin sedikitnya lahan untuk pertanian dapat memacu perkembangan dari teknik hidroponik. Hidroponik sangat mendukung kondisi lahan yang tidak subur, sempit, dan toleran terhadap kondisi ketinggian dan suhu suatu wilayah. Sangat mungkin bila 10-20 tahun yang akan datang teknik hidroponik dapat berkembang hampir 80% meilhat pertumbuhan manusia yang tidak terkendali. Selain itu, tuntutan terhadap produksi dan kualitas tanaman juga semakin meningkat, dengan pengaplikasian hidroponik sangat mungkin dipenuhinya permintaan pasar akan sayur dan buah. Pada teknik hidroponik juga dapat dipadukan dengan penamanam non pestisida, sehingga dapat meningkatkan harga suatu komoditi.

1.2  Tujuan
Mahasiswa dapat mengerti dan memahami pemanfaatan media tanam non tanah dalam budidaya hidroponik serta mengkaji respon dari media yang ada terhadap pertumbuhan tanaman.

II. TINJAUAN PUSTAKA
            Beberapa tanaman yang mudah untuk hidroponik adalah jenis sayuran, jenis selada, sawid dan seledri merupakan tanaman yang mudah sekali dibudidayakan secara hidroponik (Arianto,2007). Seledri merupakan tanaman daun ang sering digunakan sebagai pemanis hingga penyedap pada masakan. Seledri dapat tumbuh baik dalam kondisi dingin  (Haryoto, 2009). Pada tanaman obat seperti buah dewa yang menggunakan hidroponk caranya dengan media pasir, tanah dan pupuk kandang di campur lalu di tempatkan di pot (Santoso,2008)
            Budidaya secara hidroponik merupakan teknik tanpa menggunakan media tanah, penggunaan cocopeat, krikil, pasir, silikat dapat dijadikan media tumbuh tanaman. Untuk kebutuhan nutrisi tanaman agar tumbuh baik dan maksimal sesuai keinginan diatur dalam bentuk cair dan biasanya disemprotkan atau dialirkan melalui air dalam pipa. Teknik hidroponik nyata menghasilkan berbagai tanaman hortikultura dengan hasil ang sangat memuaskan. Pengaturan pertumbuhan, hasil panen merupakan nilai tambah untuk teknik hidroponik (Siswandi,2008). Hidroponik merupakan teknik menanam tanpa menggunakan tanah, tetapi menggunakan media batu apung, pasir, air. Penggunaan teknik hidroponik memiliki beberapa keunggulan seperti tidak membutuhkan tanah yang luas, tanaman lebih bersih, dll. Tanaman yang bisa menggunakan teknik hidroponik adalah jenis hortikultura (Utama, 2006). Penggunaan cocopeat untuk medai hidroponik sudah banyak, cocopeat dipilih karena berbagai keunggulannya seperti  serapan dan penyimpanan hara dan air yang baik, aerasi yang baik menyebabkan pertumbuhan yang baik pada tanaman (Prasetyawan, 2009).
            Pupuk yang digunakan dalam teknik hidroponik adalah pupuk yang mudah arut dalam air. Pupuk yang diperlukan adalah pupuk majemuk, yang menyedaiakan unsur amkro dan mikro sekaligus. Penggunaan pupuk majemuk dengan konsentrasi yang berbeda-beda disetiap unsurnya akan mempengaruhi hasilnyata dari tanaman hidroponik, perbedaannya berada pada pertumbuhan, jumlah buah, dan bobot buah. Pengaruh konsentrasi pupuk majemuk sangat besar (Siswadi, 2008).
            Pada beberapa kondisi seperti pada budidaya mentimun jepang menggunakan system hidroponik sangat berpengaruh nyata terhadap pengaturan umur, tinggi, berat, dan jumlah buah pada tanaman dapat diatur sedemikian rupa sehingga dapat mnghasilkan kualitas dan kuantitas yang baik. Keluarnya bunga dapat lebuh cepat dari  penanaman secara konvensional, tinggi tanaman dapat tumbuh cepat dengan menggunakan media substrat (arang sekam dan pasir). Berat buah sangat nyata, penggunaan arang sekam dan pasir menghasilkan berat buah yang paling bagus, untuk jumlah buah penggunaan arang sekam dan pasir pun tetap mendominasi, penggunaan arang sekam dan pasir menghasilkan buah yang terbanyak. Jadi kesimpulannya penggunaan media substrat arang sekam dan pasir menghasilkan tanaman dan hasil tanaman yang sangat memuaskan baik secara kualitas dan kuantitas pada masa tanaman maupun panen (Silvina, 2008). Pada tanaman selada yang menggunakan teknik hidroponik terbukti menghasilkan pertumbuhan baik dan hasil selada yang memuaskan, hal mitu terlihat pada peningkatan jumlah daun, panjang akar, tinggi tanaman, berat segar dan berat kering tajuk, dan luas daun. Ini terjadi mungkin disebabkan nutrisi tanaman telah terpenuhi (Mas’ud, 2009).
            Seiriing perkembangan waktu, teknologi hidroponik semakin berkembang, penggunaan THST (Teknologi Hidroponik Sistem Terapung) makin dikembangkan. Namun tidak semua jenis tanaman bisa dikembangkan pada metode ini karena setiap tanaman memiliki pola adaptasi sendiri (Susila, 2008). Pupuk organik merupakan bahan yang dapat memperbaiki unsur-unsur hara dalam tanah melalui praktek pendaurulangan unsur hara dari bahn organik (Mahrani, 2008).
 III. BAHAN DAN METODE
3.1  Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilakukan di laboratorium Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Jember pada tanggal 14 Maret 2013 pukul 13.45 WIB sampai dengan selesai.

3.2  Bahan dan Alat
3.2.1        Bahan
1.        Larutan nutrisi A, B mix
2.        Pupuk gandasil B
3.        Pupuk NPK
4.        Pupuk Urea
5.        Pupuk KCl
6.        Pupuk SP-36
7.        Fungisida dan Insektisida
3.2.2       3.3.2  Alat
1.        Pot plastic
2.        Pipa paralon
3.        Gelas ukur
4.        Cetok
5.        Spreyer
3.3  Cara kerja
Langkah-langkah yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.    Menanam bibit tomat kedalam media padat dan bibit tanaman kangkung pada media NFT yang telah disediakan dengan terlebih dahulu melepaskan polybag bibit
2.    Memadatkan  media di seiktar pangkal bibit dan untuk media NFT berikan penyangga spon pada pangkal bibit.
3.    Menyiram media dengan air bersih.
4.    Melakukan penyiraman  nutrisi A,B Mix
5.    Melakukan pemupukan NPK, Urea, KCl dan SP-36
6.    Melakukan perawatan
7.    Melakukan pengamatan setiap minggu

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel Media Substrat
Kel
Komposisi Media
M0
M1
M2
M3
M4
P
SG
K
T
D
T
D
T
D
T
D
T
D
1
1
1
1
36,3
30,7
37,7
31
45
51
60
72
73,3
94
2
1
-
2
29,4
31
41
41
63,3
87
77,6
111
96
136
3
-
2
1
17,8
30
24,4
44
37,6
62
54,3
94
65,6
142
4
2
-
1
18,33
29
27
41
38,3
67
49,7
88
110,6
118
5
-
-
3
28,4
37
33,3
57
48,5
78
70,4
126
89,4
147
6
-
1
2
26
74
31
86
40,1
94
50,3
63
61,6
72

Tabel Media NFT
DOSIS
M0
M1
M2
T
D
T
D
T
D
1 G/L
6,9
4
7,7
4
8,4
4
1,5 G/L
6,4
4
5,9
3
2,8
2
2 G/L
4,4
5
4,3
2
0
0

M= Minggu

4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan selama empat minggu pada media substrat didapatkan hasil yang beragam. Perbedaan komposisi media substrat hidroponik nyata memberikan hasil yang bebeda. Pada komposisi pasir, serbuk gergaji, dan kompos dengan perbandingan 1:1:1 memberikan hasil yang tidak begitu baik dan juga tidak terlalu buruk dengan tinggi tanaman tomat 73,3 cm dan jumlah daun 94 lembar. Pada komposisi pasir dan kompos dengan perbandingan 1:2 menghasilkan tanaman yang cukup baik dengan tinggi 96 dan jumlah daun 136 lembar. Pada tanamandengan komposisi sebuk gergaji dan kompos (2:1) memberikan hasil yang timpang dengan jumlah daun 142 dan tinggi tanaman hanya 65,6 cm. Untuk komposisi pasir dan kompos (2:1) memberikan hasil yang cukup baik dan seimbang dengan tinggi tanaman 110,6 cm dan 118,7 lembar daun. Komposisi kompos saja memberikan hasil yang cukup baik juga yaitu dengan tinggi tanaman 89,4 cm dan 147 lembar daun. Hasil dari komposisi sebuk gergaji dan kompos (1:2) memberikan hasil terburuk dengan tinggi tanaman 61,6 dan 72 lembar daun.
Hasil terbaik dari media substrat adalah perlakuan dengan pasir dan kompos dengan komposisi 1:2. Kondisi ini terjadi mungkin karena dari media substrat kompos sudah memberikan cadangan nutrisi dari sisa-sisa bahan orgnaik yang membusuk, sehingga menambah nutrisi yang masuk kedalam tanaman selain dari nutrisi yang diberikan secara manual. Pasir memberikan struktur ang baik untuk perakaran sehingga pertumbuhannya tidak terganggu dan dapat berkemabang dengan baik. Pemilihan hasil terbaik untuk perlakuan medai pasir dan kompos dengan perbandingan 1:2 dilihat dari indikator pertumbuhan tinggi tanaman tomat yang stabil dan terus bertambah dengan rasio yang tinggi. Kemudian indikator kedua adalah jumlah daun, jumlah daun dari perlakuan ini terlihat terus tumbuh dan bertambah setiap minggunya dengan rasio yang cukup tinggi, kondisi ini membuktikan bahwa tanaman tomat sangat suka dan baik tumbuh pada media substrat dengan perlakuan pasir kompos (1:2) tentu saja dengan pemberian nutrisi secara manual yang rutin. Dibandingan tanaman lain dengan perbandingan substrat yang berbeda memang terihat tidak terlalu mencolok, tapi bila dilihat dari data garfik, terlihat peningkatan petumbuhan yang baik dengan indikator tinggi dan jumlah daun.
Untuk pertumbuhan yang paling buruk adalah dengan komposisi serbuk gergaji dan kompos baik yang perbandingan 2:1 ataupun 1:2, tapi yang terburuk terlihat pada perbandingan 1:2 yaitu dengan tinggi tanamn 61,6 dan 72 lembar daun. Kondisi ini mungkin terjadi karena bebrapa hal dilihat dari aspek medai tanamnya. Pertama, serbuk gergaji mungkin memiliki Cn raiso yang melebihi ambang ketentuan yaitu >20, dengan Cn rasio yang tinggi membuat tanaman ttidak dapat beradaptasi karena nutrisi-nutrisinya akan terikat oleh serbuk gergaji dan sulit untuk di manfaatkan dan diserap. Komposisi kompos tanpa di imbangi pasir yang umunya memberikan sifat pendingin dingin dan kompos yang memberikan sifat panas atau hangat akan mengakibatkan media tanam agak terasa hangat bahkan panas bagi akar sehingga akar kesulitan untuk tumbuh. Pasir yang memiliki manfaat sebagai tempat berpijaknya akar juga hilang akibat tidak dimasukkannya dalam komposisi tersebut. Kombinasi dari kesemuanya akan mengakibakan perumbuhan  tanaman tomat mengalami kesulitan pertumbuhan.
Tanaman sawi yang ditanamn menggunakan teknik NFT hampir 70%  mati dan sisanya hidup tapi tidak dengan kondisi normal. Sawi yang masih hidup terlihat kerdil dan seperti kekurangan nutrisi. Kondisi ini mungkin saja terjadi karena sirkulasi air yang melarutkan nutrisi masih kurang baik, yang mengakibatkan mengendapnya nutrisi di dasar pipa dan tidak dapat terserap maksimal oleh tanaman. Nutrisi gandasil D sebenarnya tidak cocok untuk nutrisi yang dilarutkan dalam media air, karena gandasil D seharusnya disemorotkan saja ke daun. Sirkulasi udara yang kurang baik menyebabkan naiknya suhu air sehingga tidak cocok untuk akar tanaman. Kemudian pemberian nutrisi tanaman yang mungkin terlalu lama sehingga nutrisi yang diserap kurang, bisa menjadi aspek selanjutnya yang membantu kegagalan teknik NFT. Tanaman sawi merupakan tanaman yang membutuhkan air yang cukup, bukan membutuhkan air yang sangat melimpah seperti kangkung, seharusnya dalam penanaman NFT akar tanaman sawi tidak direndam dalam air dan seharusnya cukup di gantung sehingga tidak semua badan akar yang masuk dalam air nutrisi. Aspek yang harus diperhatikan senjutnya adalah benih sawi yang ditanam harus yang terbaik, karena penanaman denga teknik NFT sangat berbeda dengan teknik tanaman secara konvnesional. Mungkin dalam pembenihan harus dimulai dengan cara hidroponik juga, sehingga tanaman sudah beradaptasi pada cara hidroponik. Yang dimaksud perlakuan hidroponik dari masa pembenihan adalah saat penyemaian benih menggunakan pasir untuk medianya dan tanaman dengan jenis indeterminate.
Dalam budidaya tanaman secara hidroponik terdapat beberapa aspek yang mempengaruhi keberhasilannya seperti, pemilihan komposisi dan campuran yang baik,  benih yang berkualitas, pemberian nutrisi yang teratur, faktor eksternal sepeti cahaya matahari yang cukup dan perlindungan dari OPT. Komposisi dengan beberapa media tanam yang seimbang seperti  komposisi dari pasir, kompos dan cocopeat akan membantu memberikan media yang cocok untuk pertumbuhan tanaman, cocopeat yang digunakan adalah cocopeat yang khusus untuk hidroponik dengan Cn rasio tidak mencapai 20. Benih yang berkualitas memberikan persentase hidup dari teknik hidroponik semakin tinggi, karena teknik hidroponik sangat berbeda dengan teknik konvensional. Tanaman membutuhkan daya adaptasi yang baik sehingga dari mulai pembibitan diusahakan dengan teknik hidroponik (substrat). Pemberian nutrisi yang teratur akan membuat tanaman memiliki kecukupan hara untuk tumbuh, sehingga tidak akan mengalami kekurangan nutrisi dan terlihat kerdil. Faktor eksternal juga hasrus diperhatikan seperti cahaya matahari yang cukup akan sangat membantu dalam pertumbuhan karena dalam teknik hidroponik sama saja tanaman membutuhkan cahay matahari yang optimal untuk berfotosintesis, perlindungand dari OPT sangat penting karena dalam teknik hidroponik sangat mudah terserang OPT karena dalam suatu lingkup wilayah yang kecil pertanamannya hanay mono kultur, yang mengundang OPT menyerang.
Teknik hidroponik substrat merupakan yang paling efektif dan efisien ditinjau dari resiko yang kecil, kemudahan pembuatannya, dan pengaturan pemerian nutrisi yang mudah. Resiko yang kecil karena dari semua tanaman yang ditanam tumbuh maskipun terserang penyakit karat daun, ini wajar karena semua tanaman yang dalam media substrat tidak diberi pestisida untuk mencegah OPT menyerang. Kemudahan pembuatan media merupakan salah satu aspek efektifitas penggunaan media substrat. Untuk pembuatan medai non substrat memang sedikit lebih rumit, karena pembuatan penampang media, pemberian nutrisi, pengaturan aliran air yang harus diperhitungkan secara matang. Pada media substrat, pemberian nutrisi biasanya diberi setiap tiga hari sekali dengan cara menyiram media subtrat yang sudah ada.
Kurang efektif dan efisiensinya media non substrat dapat dilihat dari hasil pengamaan selama 4 minggu praktikum. Dari 5 tanaman sawi yang ditanam 80%-nya mati pada minggu ke-3. Kerumitan dari tata cara perawatan sangat mempengaruhi efektifitas dan keefesienan dari media hidroponik. Pada media non substrat memerlukan pengaturan suhu media air secara teliti dan berkala, karena peningkatan suhu akan menyebabkan akar tanaman sulit berkembang bahkan mati. pengaturan aerasi yang harus baik, karena tanaman memerlukan aerasi untuk mengangkut air dan unsur hara ke bagian atas tanaman. Pada media substrat lebih mudan serta efektif dan efisien karena pada media substrat pengaturan suhu media, aerasi dan pemberian nutrisi lebih simpel. Pengaturan suhu media  dapat dikontrol dengan pemberian air yang fungsinya sendiri memberikan efek dingin serta kombinasinya dengan pasir yang stabil memberikan suhu ynag optial bagi  akar tanaman. Aerasi mudah diatur dari komposisi media tanam, seperti komposisi dari pasir akan memberikan ruang udara yang cukup sehingga akar dapat berkembang dengan baik
DAFTAR PUSTAKA
Arianto E. 2007. Sawi dan Selada. Depok . Penebar Swadaya
Haryoto. 2009. Bertanam Seledri secara Hidroponik. Yogyakarta. Kanius
 Mahrani. 2008. Evaluasi Penyuluhan penggunaan Bokashi Kotoran sapi Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Gajah. Jurnal Agrisistem vol 4 no. 1 hal 18-27
Mas’ud. 2009. Sistem Hidroponik dengan Nutrisi dan Media Tanam Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Selada. Media Litbang Sulteng vol.2 no.2 hal 131-136
Prasetyawan. 2009. Sifat Fisis dan Mekanis Papan Komposit dari Serbuk Sabut Kelapa dengan Plastik Polyethylene. Skripsi Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Santoso B. 2008. Ragam dan Khasiat Tanaman Obat Sehat Alami dan Halaman Asri. Jakarta. Agromedia pustaka
Silvina. 2008. Penggunaa Berbagai Medium Tanam dan Konsentrasi Pupuk Organik Cair pada pertumbuhan dan Produksi Mentimun Jepang Secara Hidroponik. Jurnal Sagu vol.7 no.1 hal 7-12
Siswandi. 2008. Berbagai Formulasi Kebutuhan Nutrisi pada Sistem Hidroponik. Jurnal Inovasi Pertanian Vol.7,no.1 hal 103-110
Susila D. 2006. Pengembangan Teknologi Maju untuk Meningkatkan Produksi Sayuran Berkualitas Sepanjang Tahun. Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian ITB.
Utama S. 2008. Perancangan dan Implementasi Pemeliharaan Tanaman Hidroponik. Jurnal Teknik Elektro Vol.8 no.1 hal 1-4.