Rabu, 01 Mei 2013

PENGARUH KUALITAS CAHAYA TERHADAP KECEPATAN FOTOSINTESIS


I.                   PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
          Fotosintesis merupakan proses terbentuknya glukosa dalam bentuk karbohidrat dari komposisi antara karbondioksida dan air dalam tumbuhan yang memiliki klorofil, tidak hanya karbogidrat saja yang dihasilkan, oksigen pun dihasilkan dari proses fotosintesis. Satu unsur yang sangat penting adalah cahaya, cahaya merupakan bahan bakar untuk melakukan fotosintesis. Ketika intensitas cahaya berkurang maka laju fotosintesis pun akan berkurang pula berbanding lurus dengan kondisi atau inensitas cahaya saat itu. Untuk melakukan fotosintesis tanaman memerlukan penyinaran penuh oleh cahaya (matahari), saat keadaan berawan dan matahari tertutupi oleh awan fotosintesis berjalan tidak lancar bahkan tidak ada aktivitas fotosintesis sama sekali, dan dengan keadaan ini tanaman bisa menjadi layu, dalam kondisi waktu yang cukup panjang tanaman akan mati.
          Beberapa faktor yang mempengaruhi fotosintesis seperti suhu, suhu yang ideal untuk tanaman di wilayah tropis di kisaran 30o-40o , apabila kurang ataupun lebih dari suhu ideal maka fotosintesis akan terganggu. CO2 merupakan faktor selanjutnya, semakin banyak konsentrasi CO2 di udara maka laju fotosintesis pun semakin cepat. Air merupakan factor yag tidak dapat dipisahkan dari fotosintesis, air merupakan unsure yang sangat dibutuhkan tanaman, selain memnuhi kebutuhan H2O air juga menydiakan unsure-unsur hara alaupun dalam konsentrasi yang sedikit. Dengan terpenuhunya keutuhn air, tidak berlebihan dan kekurangan, tanaman dapat melaksanakan metabolismenya dengan baik dan tidak terganggu. Air membentuk 80% bagian sel pada tanaman. Terakhir adalah cahaya, tanpa adanya cahaya matahari yang sesuai yaitu antara 400-700nm maka tanaman tidak akan mengalami fotosintesis.
          Tidak semua gelombang cahaya matahari bisa di maanfaatkan tumbuhan untuk fotosintesis, panjang gelombang antara 400-700 nm merupakan  panjang gelombang yang cocok. Untuk panjang gelombang yang kurang dari dan lebih dari gelombang yang disebut Visible Light (400-700nm) tersebut ada yang tidak memiliki fungsi untuk fotosintesis dan bahkan mmemiliki sifat merusak bila terpapar.
          Terdapat bebrapa varian tanaman yang memiliki beberapa keunggulan seperti lebih adaptif terhadap konsentrasi karbonmonoksida dan lebih adaptif terhadap intensitas cahaya matahari. Untuk tanaman yang adaptif terhadap konsentrasi karbondioksida dinamakan tanaman C3, sedangkan yang lebih adaptif terhadap intensitas cahaya dinamakan C4 dan tanaman yang merupakan gabungan dari keduanya disebut tanaman CAM.
                                                                                           
1.2  Tujuan
Praktikan dapat mengetahui dan memahami pengaruh kualitas cahaya terhadap kecepataan fotosintesis tanaman dengan indikator produksi oksigen tiap satuan waktu.
  
II.                TINJAUAN PUSTAKA
           Peranan mendasar dari fotosintesis di dalam mtabolisme tanaman, cahaya merupakan satu dari faktor-faktor lingkungan terpenting. Cahaya ang dapat dlihat merupakan suatu bagian kecil (400-700nm) dari spektrum radiasi matahari penuh dan tanaman peka terhadap panajng gelombang lainnya, arti penting radiasi cahaya merah jauh (“Cahaya merah jauh merupakan suatu istilah yang gampang api salah) dari panjang gelomabang kira-kira 400-700nm pada morfogenesis telah diketahui dimana-mana. Radiasi mempengaruhi organisme dengan jasa dari energi yang disimpan dan hanya aktif bila diabsorbsi. Jadi cahaya ultraviolet diabsorbsi kuat oleh rotein dan dapat menyebabkan kerusakan; cahaya biru diabsorbsi oleh pigmen karotenoid dan klorofil, cahaya merah oleh klorofil, dan merah serta merah jauh dari fitokrom. Keberadaan pigmen, karena itu, merupakan dasar pada setiap respon dan sebagian besar tanaman nampak berwarna hijau karena sebagian besar pigmen tanaman tersebut mengabsorbsi cahaya hijau (Fitter,1998).
           Intensitas atau kuat sinar matahari berhubungan dengan aktifitas fotosintesis. Intensitas cahaya berbeda-beda atau bervariasi ini yang menyebabakan perbedaan hasil produksi tanaman, dan umunya semua tanaman membutuhkan intensitas cahaya secara penuh (Ashari, 1995)
   Peningkatan luas daun pada dasarnya  merupakan kemampuan tanaman dalam mengatasi cekaman naungan.  Peningkatan luas daun merupakan upaya tanaman dalam  mengefisiensikan penangkapan energi cahaya untuk fotosintesis secara normal pada kondisi  intensitas  cahaya  rendah.  Taiz  dan  Zeiger  (1991)  menyatakan daun tanaman   toleran  naungan memiliki struktur sel-sel palisade kecil dan ukurannya tidak jauh berbeda dengan sel-sel bunga karang,  sehingga daun lebih tipis.  Struktur tersebut lebih berongga dan akan menambah efisien dalam menangkap energi radiasi cahaya untuk proses fotosintesis.  Peningkatan luas daun pada dasarnya  merupakan kemampuan tanaman dalam mengatasi cekaman naungan. Peningkatan luas daun merupakan upaya tanaman dalam mengefisiensikan penangkapan energi cahaya untuk fotosintesis secara normal pada kondisi  intensitas  cahaya  rendah.  Taiz  dan  Zeiger  (1991)  menyatakan    daun tanaman toleran  naungan memiliki struktur sel-sel palisade kecil dan ukurannya tidak jauh berbeda dengan sel-sel bunga karang, sehingga daun lebih tipis. Struktur tersebut lebih berongga dan akan menambah efisien dalam menangkap energi radiasi cahaya untuk proses fotosintesis (Djukri, 2008)
           Ketersesiaan unsur hara untuk fotosintesis merupakan hal vital, salah satu unsur hara yang penting ketika fotosintesis adalah Nitrogen. Dachlan (2008) menyatakan kebutuhan nitrogen tanaman padi cukup tersedia sebagai konsekuensi penabahan urea dan Azobacter sp. Dibandingkan dengan yang tidak disertai dengan pupuk urea, sehingga ketersediaan nitrogen yang cukup sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan biji pada tanaman serealia. Sebagai komponen dari klorofil, ketersediaan nitrogen akan meningkatkan laju fotosintesis. Hakim (1986), menyatakan bahwa nitrogen berperan dalam pengisian biji pada tanaman biji-bijian dan mempertinggi kandungan protein pada biji tanaman.
           Unsur Magnesium dalam tanaman tidak dapat dikesampingkan, menurut Nasamsir (2008) magnesium merupakan unsur penusun klorofil, sehingga defisiensi magnesium akan merupakan laju fotosintesis tanaman yang berdampak pada rendahnya produksi fotosintat. Rendahnya produksi fotosintat akan mempengaruhi penambahan bobot tanaman yang dicerminkan leh rendahnya LTR.
           Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nurshanti (2011) Pada peubah tinggi tanaman perlakuan N1 menunjukan berbeda nayata terhadap semua perlakuan. Pada penelitian ini diduga naungan memberikan manfaat untuk mengatur intensitas penyinaran matahari, tinggi rerndahnya suhu, kelembaban udara dan menahan angin.  Selain itu juga unsur hara pada perlakuan ini tercukupi karena mendapatkan penyinaran yang cukup, sehingga aktifitas fotosintesis akan berjalan dengan optimal dan menyebabkan asimilat yang dibutuhkan oleh tanaman seledri untuk  memmenuhi pertumbuhan dan produksi tanaman baik. Pada siang hari naungan juga berperan untuk mengurangi tingginya suhu maksimum dengan cara menahan cahaya matahari yang diterima tanaman dan pada malam hari naungan  mengurangi turunnya suhu minimum dengan cara menghambat radiasi panas dari bumi ke atmosfir.  Kisaran suhu optimum untuk tanaman sayuran rata-rata antara 23oC-32oC.
           Cahaya sangat besar artinya bagi tumbuhan, terutama karena perannya dalam kegiatan fisiologis seperti fotosintesis,  respirasi, pertumbuhan serta pembuangaan, pembukaan dan penutupan stomata, perkecambahan dan pertumbuhan tanaman. Penyinaran matahari mempengaruhi pertumbuhan, reproduksi dan hasil tanaman melalui prose fotosintesis (Nurshanti, 2011).
           Menurut Sudomo (2007) karohidrat hasil dari fotosintesis akan disuplai pada bagian yang mengalami pertumbuhan, sebagian besar diarahkan menuju tunas dan sebagian kecil lagi diarahkan menuju akar. Suplai karbohidrat pada masa awal setek akan sedikit, karena sedikitnya air yang diperoleh tanaman karena akar belum terbentuk sempurna.
      Lambers (2008) memaparkan bahwa tingkat ke ekstriman suatu lingkungan sangat berpengaruh terhadap tanaman utamanya fotosintesis. Pada kondisi ekstrim panas(tinggi), Pada suhu maksimum, pada suhu 45oC hingga 55oC selama dua jam, tanaman akan mati. Tanaman yang kadarkarbohidratnya tinggi lebih tahan terhadap suhu ekstrim tinggi, Suhu rendah pada kebanyakan tanaman mengakibatkan rusaknya batang, daun muda, tunas, bunga dan buah. Besarnya kerusakan organ atau jaringan tanaman, akibat suhu rendah tergantung pada, keadaan air, keadaan unsur hara, morfologi dan kodisi fisiologit anaman.Tanaman yang jaringannya kaya unsur kalium biasa lebih tahan terhadap suhu rendah, tetapi jaringan yang banyak mengandung nitrogen padau mumnya lebih rapuh.
           Menurut Setyanti (2013) fotosintesis dipengaruhi oleh luas daun, jumlah klorofil serta factor lingkungan. Luas daun berkaitan dengan intensitas luas serapan cahaya. Factor lingkungan berkaitan dengan unsur hara seperti N P dan K.
           Ternyata bukan hanya tanaman yang berfotosintesis, menurut Hermanto (2011) Nannochloropsis oculata adalah mikroalga yang dapat berfotosintesis, karbondioksida digunakan untuk berfotosintesis dan berkembang biak, kadar karbondioksida yang digunakan tidak banyak hanya sekitar 1- 2 %.


III.             BAHAN DAN METODE
3.1  Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilakukan di laboratorium Fisiologi Tanaman lantai 2 Fakultas Pertanian Universitas Jember pada tanggal 9 Maret 2013 pukul 07.00 WIB sampai dengan selesai.

3.2  Bahan dan Alat
3.2.1                      Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah :
1.                       Tanaman Hydrilla sp.
2.                       Beaker glass 1000 ml
3.                       Stopwatch
4.                       Hand counter
5.                       Pemberat
6.                       Lampu 5 warna (merah, kuning, hijau, biru dan pilokromatik)
7.                       Aquadest
8.                       Pinset
9.                       Gunting
10.                   Mika 5 warna (sama dengan warna lampu)
11.                   Benang

3.3  Cara kerja
Langkah-langkah yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.    Menyiapkan lampu dan beaker glass 100ml. Isi beaker glass dengan aquadest kurang lebih ¾ bagian
2.    Menyiapkan dan potong Hydrilla sp , saat memotong usahakan didalam air
3.    Kemudian memasukkan hydrlla sp yang sudah dipotong kedalam dasar beaker glass yang sudah berisi aquadest.
4.    Menghidupkan lampu dengan warna-warna yang berbeda diamkan selama 5 menit. Kemudian, amati perubahan yang terjadi interfal 5 menit
5.    Menghitung jumlah O2 yang muncul di permukaan air menggunakan hand counter.
6.    Membanding dan menganalisa pengaruh dari warna cahaya terhadap volume O2 yang dihasilkan. 


 
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel Pengaruh Kualitas Cahaya Terhadap Kecepatan Fotosintesis
No
Warna
Waktu
Jumlah
1.
Polikromatik
5” (I)
5” (II)
141
204
2.
Merah
5” (I)
5” (II)
40
49
3.
Kuning
5” (I)
5” (II)
373
15
4.
Biru
5” (I)
5” (II)
0
0
5.
Hijau
5” (I)
5” (II)
0
0

4.2 Pembahasan
Fotosintesis diartikan secara sederhana merupakan cara tumbuhan untuk mendapatkan makanan. Untuk pengertian lebih dalam lagi, fotosintesis merupakan suatu proses biokimia yang membutuhkan sinar matahari untuk energinya.  Fotosintesis dapat merubah karbon bebas dari CO2 diikat dan di fiksasi menjadi karbohidrat sebagai energi dan oksigen sebagai hasil sampingannya. Pada dasarnya fotosintesis dibagi dua reaksi, reaksi terang dan teaksi gelap. Reaksi terang adalah reaksi fotosintesis yang harus menggunakan cahaya untuk melengkapi dan menjalakan metabolismenya. Cahaya yang didapat diserap oleh klorofil (zat hijau) lalu energi yang dihasilkan ditangkap oleh senyawa fosfat dan dirubah menjadi energi fosfat atau ATP. Pada proses reaksi terang diperlukan donor elektron untuk menutupi elektron yang digunakan, donor elektron tersebit didapat dari air(H2O) melalui proses fotolisis yang menghasilkan elektron dan juga  oksigen yang dilepaskan. Reaksi gelap merupakan reaksi lanjutan dari reaksi terang, hanya bedanya reaksi ini tidak membutuhkan cahaya. Reaksi gelap terjadi dibagain kloroplas yang disebut stroma.
Fotosintesis tidak terjadi begitu saja, tentunya ada aspek-aspek atau factor-faktor yang harus terpenuhi sebagi bahan ataupun kondisi-kondisi yang menunjang terjadinya fotositesis. Terdapat empat faktor yang harus ada dan sesuai agar fotosintesis berjalan lancar seperti suhu, konsentrasi karbondioksida, cahaya, dan air. Suhu merupakan kondisi eksternal bagi tumbuhan untuk berfotosintesis, kondisi suhu yang ideal bagi tumbuhan antara 30oC-40oC, bila kondisi suhu terlalu dingin atau kurang dari 30oC maka enzim yang ada didalam taaman tidak dapat bekerja secara maksimal, sedangkan bila kondisinya terlalu panas akan menyebabkan sel rusak dan enzim-enzim yang ada pun rusak. Konsentrasi karbon merupakan unsure penting dalam fotosintesis kare dengan carbon inilah karbohidrat dapat terbentuk, semakin banyak karbondioksida dalam udara semakin cepat pula fotosintesis terjadi. Cahaya adalah factor yang tidak kalah pentingnya, tanpa adanya cahaya penuh fotosintesis tidak dapat tejadi. Panjang gelimbang cahaya yang bisa digunakan fotosintesis antara 360-720 nm (Visible Light), dan air merupakan factor yang tidak bisa ditinggalkan karena struktur dari tanaman sendiri 80% merupakan air, tanpa adanya suplai air yang cukup kehidupan tanaman akan terancam, air juga dapat memnuhi unsure hara yang dibutuhkan tanaman karena pada air terlarut beberapa unsurhara yang dapat diserap tanaman walupun dalam konsentrasi sedikit.
Panjang gelombang cahaya pada laju fotosintesis berfungsi sebagai pemecah molekul air. Panjang gelombang yang digunakan meruapakan panjang gelombang tampak atau visible light, panjang gelombangnya antara 360 sampai dengan 720 nm. Panjang gelombang tampak merupakan panjang gelombang cahaya yang paling cocok untuk fotosintesis, bila panjang gelombangnya kurang dari 360 panjang gelombang tersebut biasa di sebut inframerah dan ini tridak befungsi dalam fotosintesis, sedangkan panjang gelombang yang lebih dari 720 nm dinamakan ultraviolet, bila terpapar ultraviolet dapat merusak jaringan dan sel pada tumbuhan.
Hydrilla merupak tumbuhan air yang banyak terdapat di kolam, di sungai ataupun selokan.  Hydrilla sebenarnya termasuk tanaman pengganggu, karena pertumbuhannya yang pesat dapat menyumbat saluran irigasi. Tumbuhan air seperti hydilla memiliki metabolisme yang sama dengan tumbuhan diatas tanah, membutuhkan karbondioksida dan air utuk menghasilkan karbohidrat dan oksigen. Pertumbuhan hydrilla yang cepat membuat laju fotosintesis juga cepat. Dalam perkembangannya, hydrilla banyak digunakan untuk praktikum pengamatan fototosintesis tanaman karena sangat mudah pengaplikasiaanya. Pengamatan yang bisa digunakan adalah dengan memotong tangkai hydrilla dan tetap didalam air, selanjutnya biarkan terkena cahaya matahari, maka akan terlihat gelembung yang keluar dari bekas potongan tangkai tersebut. Gelembung yang keluar meruapakan oksigen yang dihasilkan karena fotosintesis hydrilla. Kemudahan pengamatan ini membuat hydrilla digunakan sebagai alat praktikum.
Pada praktikum yang dilakukan menggunakan lima warna lampu yang berbeda merupakan perbedaan perlakuaan yang dilakaukan terhapad hydrilla, pengamatan perbedaan perlakuaanya adalah dengan memberikan panjang gelombang yang berbeda-beda terhadap hydrilla. Pada suatu artikel menyebutkan bahwa warna merah memiliki panjang gelombang 610-700 nm, kuning 510-600 nm, 410 sampai dengan 500 nm (Wikipedia, 2013) . Dari hasil praktikum yang dihasilkan, prduksi oksigen terbanyak terdapat pada warna kuning tapi produsinya tidak stabil, pada percobaan pertama mencapai 373 gelembung oksigen sedangkan percobaan kedua hanya 15 gelembung oksigen, ini terjadi karena panjang gelombang yang mendekati ukuran bawah pada panjang gelombang tampak, dan mungkin karena peningkatan suhu air yang terjadi karena pancaran cahaya warna kuning, hydrilla dapat hidup baik bila suhunya antara 20oC-27oC. Pada warna merah dan polikromatik cenderung meningkat produksi oksigennya, ini disebabkan oleh besarnya panjang gelombang cahaya yang dimiliki oleh cahaya warna merah dan polikromatik. Sedangkan pada dua warna sisa yaitu biru dan hijau tidak menghasilkan oksigen, penyebabnya adalah panjang gelombang yang di pancarkan oleh kedua warna tersebut tidak mencapai syarat visible light  yang diharapkan oleh tumbuhan. Dapat disumpulkan bahwa penggunaan warna merah dan polikromatik adalah warna yang ideal untuk fotosintesis karena produksi oksigen yang dihasilkan terus meningkat tanpa adanya penurunan.

V.  PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Fotosintesis merupakan proses tanaman untuk mendapatkan makanan. Untuk pengertian lebih dalam lagi, fotosintesis merupakan suatu proses biokimia yang membutuhkan sinar matahari untuk energinya.  Fotosintesis dapat merubah karbon bebas dari CO2 diikat dan di fiksasi menjadi karbohidrat sebagai energi dan oksigen sebagai hasil sampingannya.
Pada praktikum kali ini penggunaan Hydrilla sebagai bahan praktikum karena untuk pengamatan fotosintesisnya sangat mudah, hanya dengan mengamati gelembung yang dihasilkan hyrilla dapat diketahui produksi oksigen dari hydrilla tersebut. Pada hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa penggunaan warna merah dan polikromatik adalah warna yang ideal untuk fotosintesis karena produksi oksigen yang dihasilkan terus meningkat tanpa adanya penurunan

5.2 Saran
            Pemotongan Hydrilla harus dilakukan dengan telili dan didalam air agar udara dari luar tidak masuk dan menggangu jalannya praktikum dan akan membiaskan hasil pengamatan


DAFTAR PUSTAKA
Ashari. 1995. Hortikultura. Universitas Indonesia Pers. Jakarta
Dachlan A. Pertumbuhan dan Produksi Tiga Varietas Padi Pada berbagai Paket Pemupukan N-Sintetik dan Azotobacter. Jurnal Agrivigor. Vol 7 No.3 hal 230,238
Djukri. 2008. Pengaruh Naungan ParanetTerhadap Sifat Toleransi Tanaman Talas. Jurnal Ilmu Pertanian. Vol 10 No.2 hal 17,22
Fitter H. A. 1998. Fisiologi Lingkungan Tanaman .Gajah Mada Universty Press. Yogyakarta.
Hermanto B. M. 2011. Perancangan Bioreaktor Untuk Pembudidayaan Mikroalga. Jurnal Teknologi Pertanian. Vol 12 no 03 hal 153, 158
Lambers Hans. 2008. Plant Pysiologycal Ecology. The University of Western Australia. Australia
Nasamsir. 2008. Respon Pertumbuhan Bibit KaretAsal Okulasi Terhadap aplikasi Pupuk NPK Berbeda Konsentrasi. Jurna Ilmiah Univesitas Batang Hari Jambi. Vol 8 no.2 hal 50, 54
Nurshanti. 2011. Pengaruh Beberapa Tingkat Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Seledri di Polybag. Jurnal Agronobis. Vol 3 no. 5 hal10,14
Setyanti S.H. 2013. Karakteristik Fotosintetik dan Serapan Fosfor Hijauan Alfalfa (Medicago sativa) pada Tinggi Pemotongan dan Pemupukan Nitrogen yang Berbeda. Jurnal Anaimal Agriculture. Vol 2 No 1 hal 86,92
Sudomo A. 2007.  Pengaruh Jumlah Mata Tunas Terhadap Kemampuan Hidup dan Pertumbuhan Setek Empat Jenis hibrid Murbei. Jurnal Pemulaiaan Tanaman Hutan. Vol 1 no.1 hal 1, 8
Wilkins B. Malcom.1989. Fisiologi tanaman. Bins aksara. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar